Part 40 Kalem

9.6K 652 4
                                    

Assalamu'alaikum
Apa kabar?
Tembus seminggu lebih ya nin gak update hehe
Maapin gaiss...

Pokoknya happy reading!
®

Memasuki kehamilan tiga puluh lima minggu membuat Alesha semakin kesusahan bergerak, mengingat ada dua janin di dalam membuat Alesha harus ekstra dalam hal apapun. Malam ini Alesha sedang bersandar di ranjangnya sembari menonton TV, tangan kanannya mengusap-usap perut yang sudah sangat membuncit itu.

Di saat sendiri seperti ini, Alesha merasa rapuh, kerap kali air matanya jatuh tanpa disadari. Ia merindukan sosok Afham, walau Afham selalu mementingkan pekerjaan namun lelaki itu selalu meluangkan waktunya kapanpun saat ia memerlukan sosok penenang.

"Kak... Apa kabar? Asha kangen deh. Dulu, pas aisya di dalam perut, kamu selalu usap-usap gini sampe aku tidur... Tapi sekarang, hanya ada tangan aku yang selalu meredakan kegaduhan baby kita yang kayaknya rindu kamu juga." Wajahnya menengadah menahan bulir-bulir air bening yang sudah siap turun.

"Kak... Inget gak? Waktu kamu bikin Asha khawatir? Asha sampe nunggu di luar malem-malem terus tiba-tiba tangan kamu memeluk Asha dari belakang dan seketika rasa khawatir itu menguap. Bolehkah Asha berharap hal itu berlaku saat ini?"

Brak!

Mata Alesha langsung menatap ke arah pintu yang baru saja dibuka oleh putrinya dengan cara yang brutal. Ya! Aisya yang sudah menggunakan pakaian tidur lengkap dengan dot yang berada di tangannya dan rambut yang sudah acak-acakan.

Aisya berlari ke arahnya dan mengambil tempat ternyaman, tangan mungil itu memeluk tubuh Alesha erat.

Tangan Alesha mengusap punggung kecil putrinya. "Kenapa, hm? Putri umi tumben malem-malem gini ke sini?"

Bukannya menjawab, Aisya menelusup ke dalam, dot nya sudah ia minum kembali.

"Kakak Aisy kenapa? Liat dedeknya langsung nendang perut umi," ucap Alesha berhasil membuat Aisya menatap perut Alesha.

Diusapnya perut buncit itu. "Adek-adek Aisy sepertinya merasakan apa yang Aisy rasakan deh, Mi."

"Emangnya apa?"

Aisya menatap Alesha dalam, sepertinya mata yang diturunkan Afham ke Aisya berguna saat ini, karena tatapan itu seperti tatapan Afham jika dirinya panik atau sedang dalam keadaaan kalut.

"Aisy lagi rindu abi. Umi... Abi betah banget ya di sana? Biasanya, kan abi suka video call gitu, tapi kenapa sekarang enggak?"

Alesha membawa Aisya ke dekapannya, tangan Aisya memeluk perut Alesha dan tangan Alesha mengusap tubuh kecil putrinya.

"Kakak Aisy lupa nih... Umi kan bilang, abi sekarang ada di surga dan kakak Aisy ada di bumi. Jadi gak mungkin kita bisa berkomunikasi langsung. Makanya, Umi selalu ajak Kakak Aisy buat do'a yang khusus untuk Abi."

"Di surga gak ada handphone ya, Mi?"

"Beda alam, sayang...."

Sepertinya untuk usia Aisya itu sangat membingungkan terlihat dari tatapan Aisya yang menatapnya bingung.

"Kakak Aisy juga nanti bakalan ngerti. Adeknya mau disapa nih sama Kakak Aisy."

Aisya langsung mengecup perut Alesha. "Adeknya Aisy... Baik-baik ya, nanti kalian ketemu Aisy. Diem dulu ya jangan tendang-tendang, nanti kalau kalian udah lahir, Aisy ajarin tendang bola beneran, kalau sekarang tendang-tendang kesian Umi gak bisa bobo."

Alesha melihat itu dengan tatapan haru. Harapannya terkabul namun dengan cara lain, lagi-lagi ia bersyukur karena nikmat yang tidak terduga ini.

"Kakak Aisy bobo yuk? Sepertinya adek Aisy udah bobo nih," ucap Alesha.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang