Part 44

11.3K 654 52
                                    

Tubuh ringkih yang sekarang sedang menghadap ke balkon terhenyak saat ada satu tangan menyentuh pundaknya. Tadi selepas keluar dari kamarnya, Kia memasuki kamar putranya. Air matanya terus mengalir, ia tahu bahwa dirinya lah yang selalu memaksa suaminya untuk terus memperhatikan Alesha dan putra putrinya namun hari ini Kia sangat cape entah kenapa, maka dari itu saat dia mendapat kabar bahwa suaminya memilih menemani Alesha daripada mengajar hatinya seperti tersayat. Dirinya saja di sini sendiri dengan baby Putra yang terus saja rewel dan beberapa kegiatan yang harus ia lakukan.

Tangan itu tangan milik suaminya, Daffa menatap Kia lekat, tatapan bersalah. Mata Kia masih memerah dan Daffa langsung mendekap istrinya.

"Menangislah, keluarkan segala rasa kesal dan marah kamu, Ki," ucap Daffa tepat di telinga Kia.

Seolah mendapat angin segar, Kia langsung menumpahkan kekesalannya sampai tangannya memukul kecil dada bidang suaminya.

Daffa hanya diam dan sesekali dirinya memejamkan matanya mendengarkan rintihan tangis istrinya, setelah beberapa bulan ini ia tidak mendengarkan istrinya menangis dan ini sangat menyakitkan untuknya.

Setelah tenang, tangan Daffa menangkup wajah cantik istrinya, kedua ibu jarinya menghapus jejak air mata yang berada di wajah cantik Kia, matanya membengkak, Daffa mengecup kedua mata indah itu.

"Maaf ya, maafkan aku yang tidak pernah mengerti kamu, sayang...."

"Emang! Kamu tuuh gak ngerti, Kak! Aku dari pagi kerepotan belum lagi baby putra yang rewel gak mau sedetikpun di tinggal eh kamu telpon ngabarin kalau kamu lagi di rumah sakit jagain alesha!" Kia yang masih kesal terus mengeluarkan kekesalannya.

"Jagain si kembar ya bukan alesha," ralat Daffa.

"Bodo amat, sama aja kan di sana ada alesha?!"

Daffa tersenyum simpul mendengar itu.

"Seneng banget sih!" pekik Kia.

Daffa tertawa kecil. "Iya maafin ya, seneng deh lihat istri aku kalau lagi cemburu gini."

Mata Kia menggerling. "Kepedean!"

Wajah Kia berpaling, ia tidak mau menatap suaminya namun tangan Daffa menahannya, wajah Daffa mendekat ke wajah Kia. Hidung mancung Daffa menyentuh hidung Kia sama hal nya dengan dahi. Hembusan nafas kedua nya saling merasa.

"Mulai saat ini saya akan selalu memprioritaskan kamu dan baby kita, apapun itu dan listen to me kamu adalah bidadari aku sampai kapan pun. I love you, Ana uhibuki fillah Kiandra Syahla Putri Kasyafi... Mamah dari Nalendra Zavier Putra Alfareezel."

Cup, kening Kia dikecup oleh Daffa lumayan lama.

Kia yang mendengar itu luluh. Memang ya perempuan itu tidak akan pernah bisa menang kalau sudah di romantisin seperti ini. Huftt Ki.. Ki...

"Maafin aku juga, gak seharusnya aku bersikap seperti itu," ucap Kia lalu menyandarkan wajahnya di dada bidang suaminya.

"Iya sayang," ucap Daffa kemudian mengecup puncak kepala Kia.

Tidak lama dari itu terdengar dengkuran halus, Daffa yang sadar ia langsung tersenyum lalu mengangkat tubuh mungil istrinya.

"Selalu sabar menghadapi saya, ya, Ki," ucap Daffa setelah menidurkan tubuh mungil itu di kasurnya.

✨✨

"Ngapain sih pake es batu segala?" tanya Daffa saat melihat istrinya sedang mengompres matanya dengan es batu.

"Mata aku bengkak banget soalnya."

Daffa tersenyum lalu berjalan ke kasur tempat istrinya merebahkan tubuhnya.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang