Part 34

11.6K 724 34
                                    


Waktu berjalan begitu cepat, baru saja rasanya kemarin Kia melahirkan putra lucunya itu, sekarang bayinya sudah semakin aktif, menginjak usia empat bulan, Baby Putra makin aktif mengoceh, bayi murah senyum itu selalu anteng dalam pelukan siapapun.

Siang ini Kia sudah meminta izin untuk menemani Ica ke sebuah mall, tentunya Baby Putra Kia bawa karena mertuanya sudah kembali ke Palembang dua minggu lalu.

"Biar aunty Ica yang pangku," ucap Ica sembari membawa Baby Putra di troli.

Dress berwarna maroon dan kerudung bergo hitam melekat di tubuh Kia yang sekarang agak berisi.

"Syalsa kok gak ikut, Ca?" uanya Kia yang hanya menemukan Ica sendirian.

"Syalsa, kan udah mulai sekolah PAUD, Ia...."
Semenjak melahirkan, Kia tidak diperbolehkan oleh Daffa untuk kembali bekerja di sekolah TK dan PAUD Ar-Roudhoh selain karena bayi nya tidak ada yang menjaga, Daffa pun melarang Kia karena alasan tidak boleh kecapean. Dan untuk urusan rumah singgah, itu semua menjadi urusan Daffa, walau Kia kasih sering ke sana untuk bertemu sapa.

"Anak kamu lucu banget sih, Ia," ucap Ica yang sedari tadi asik bermain dengan Baby Putra.

Kia yang sedang memilih pakaian untuk Baby Putra pun menoleh. "Mama nya juga lucu makanya baby Putra lucu, kan dia ikut aku."

Ica mendengus mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Beli baju lagi, Ia?" tanya Ica yang mendapati Kia membawa beberapa hanger di tangannya

Kia mengangguk. "Baby Putra pertumbuhannya cepet banget, ada beberapa baju yang udah gak muat malah, jadinya harus beli beberapa lagi."

Ica mengangguk mengiyakan, bisa dilihat kedua pipinya tumpah, hidung mancung nya sedikit ketarik oleh pipinya, tangan dan kakinya yang sudah seperti roti sobek menambah kelucuan keponakannya itu.

Akhirnya setelah memilih beberapa pakaian untuk buah hati mereka, Ica dan Kia berjalan menuju kasir.

"Perasaan aku gak bawa yang ini de," gumam Kia saat mendapati beberapa set pakaian di sana.

Baby Putra sudah berpindah di troli karena tertidur lelap. Ica mengambil barang belanjaannya lalu menoleh ke sahabatnya.

"Aku yang beli, udah dibayar. Abisnya lucu banget bajunya."

Kia memutar matanya malas, selalu saja sahabatnya ini baru minggu kemarin sahabatnya memberikan beberapa sepatu yang lucu untuk putranya sekarang baju. Hadeuh...

Setelah membeli keperluan, Kia mendorong troli menuju restoran kesukaannya.

"Baby Putra pinter banget ya, Ia. Gak pernah rewel kalau diajak ke keramaian," ucap Ica saat mereka menunggu pesanan makanan.

"Alhamdulillah, tapi sekalinya rewel angkat tangan aku," ucap Kia sembari mengingat momen rewel baby Putra yang sulit sekali ditenangin.

Ica terkekeh lalu tersenyum. "Ya gak papa, namanya juga bayi, Ia..."

Kia mengangguk, tangannya memegang handphonenya, mengecek beberapa pesan dari suaminya yang menanyakan keberadaannya dan bayi mereka.

"Kamu makanya cepet nyusul, inget udah tiga puluh tahun, makin berisiko ntar," ucap Kia sembari menyimpan handphonenya.

Ica meringis. "InsyaAllah tahun depan. Syalsa aja baru empat tahun."

"Terus aja gitu."

Tidak lama makanan yang mereka pesan datang.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang