01|Devan × Davin

41.7K 1.7K 37
                                    

Dua orang lelaki terlihat sedang berada di teras rumahnya. Di pagi yang cerah ini mereka sedang mencuci kendaraan roda duanya.

"Kak?" Devan memanggil.

Tanpa mengalihkan pandangannya, sang pemilik nama hanya berdehem singkat. Ia masih sibuk menggosokkan spons berbusa ke badan motornya.

Devan yang kesal terhadap respon kakaknya pun mengarahkan selang kepada orang itu. "Makan tuh! Lo kan belom mandi." Tawa Devan terdengar setelah ia melihat sebagian baju Davin basah karenanya.

Davin mendelik. Sabar sekali memiliki adik laknat macam Devan. "Anjir! Lo juga belum mandi kan?!" balas Davin ngegas.

Tak terima. Davin cipratkan air sabun motornya kepada Devan.

Impas. Baju mereka berdua hampir sepenuhnya basah.

Setelah perang air, Davin menghadapkan tangan kanannya kepada Devan, seakan ingin mengakhiri aksi saling siram ini. "Udah ish! Dasar bocah," Wajah gantengnya sekarang sudah basah kuyup karena ulah Devan. "Tadi kenapa manggil?"

Devan pun menurunkan selangnya. Sebenarnya ia masih tidak terima. Kakaknya basah karena air bersih. Lah dirinya? Devan basah karena air sabun untuk mencuci motor. Di beberapa helai rambutnya pun terdapat busa yang dicipratkan Davin.

Tapi kan gue duluan yang mulai, batin Devan. Maka, ia mengalah. Karena dipikir lagi dirinyalah yang pertama cari masalah dengan Davin.

"Main air yuk, Kak." ajak Devan.

Davin hanya mendelik. Ia pun mengambil alih selang yang dipegang Devan. "Lo mau basah kayak gimana lagi anjir? Ini aja udah kayak abis mandi. Dasar bocah."

"Ya kan kita emang bocah." Devan terus menggerutu sambil mengelap badan motornya dengan kanebo.

"Lo aja ya gue enggak."

Davin itu orangnya suka yang bersih. Makanya, kendaraan roda dua kesayangannya itu harus dibersihkan sampai dalam-dalam. Tidak boleh ada debu dan kuman setitikpun.

Sedangkan Devan. Yang penting luarnya sudah kinclong. Ngapain juga sampai dalam-dalam?

Aha! Devan punya ide cemerlang. Berhubung acara mencuci motor kesayangannya itu sudah selesai, maka ia ingin menjahili sang kakak.

Devan mengambil selang yang tergeletak begitu saja, lalu ia putar keran airnya. Ia tersenyum miring menghadapkan selang itu kepada Davin. Mampus!

Davin yang sedang menyikat bannya pun berteriak. "Anjing!" umpat Davin. Devan sialan memang. Berani-beraninya menyiram seluruh tubuhnya hingga basah kuyup.

"Heh Devan! Sini lo!" Davin bangkit. Ia menghampiri adiknya yang sedang cengengesan tak berdosa. Davin membalas perbuatan yang barusan Devan lakukan padanya sampai ia basah.

Kedua lelaki itu sekarang sudah tampak seperti bocah TK yang sukanya main air di teras. Tapi, keduanya tertawa bahagia. Meski ada setitik rasa kesalnya kepada Devan, Davin tetap tertawa renyah.

Kangen juga dengan masa kecil mereka.

<<<>>>

"Adek kamu mana, Kak?" Sang bunda bertanya sembari menata piring-piring di atas meja makan.

Davin yang baru saja menginjak tangga terakhirnya pun menjawab. "Nggak tau Bunda, masih ganti baju kali." Ia berjalan menuju tempat biasa duduknya di ruang makan.

Setelah main air tadi, keduanya langsung mandi. Fani-sang bunda-mengomeli kedua anak kembarnya tersebut. Ia berkata bahwa mereka buang-buang air dengan saling siram seperti itu.

Invisible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang