Pagi ini, keempat lelaki beragam usia dengan satu perempuan sedang bermain di taman dekat rumah mereka. Taman itu bisa dipakai juga untuk olahraga.
Di tempat itu ada perosotan yang diperuntukkan untuk anak kecil, ada sepasang ayunan besi juga. Dan beberapa alat bermain lainnya.
Perempuan manis bernama Keyla sedang menaiki tangga perosotan dengan hati-hati. Tangannga melambai saat ia menginjak undakan terakhir.
"Kalau aku udah di bawah, kak Epan tangkep aku ya?" ujar Keyla setengah berteriak. Ia sudah duduk di puncak.
"Iya nanti Kakak tangkep, Key." sahut Devan.
Davin hanya melihat. Sesekali ia melakukan peregangan badan. Ia melihat Dafa dan Naufal kini mendekat ke arahnya. Sepertinya kedua orang itu sudah bosan bermain ayunan.
"Kamu udah bosan main ayunan hm?" Davin bertanya sambil melakukan beberapa gerakan senam yang ia hafal.
Naufal mengangguk semangat. "Perut aku rasanya sampe kekocok. Mas Dafa dorong aku kenceng banget. Tapi, aku suka!" kata Naufal heboh.
Davin menoleh ke Dafa. Ia tahu itu. Tadi, Davin melihat Dafa mendorong bocah lelaki itu sampai tinggi sekali. Bahaya bukan? Bagaimana jika Naufal terjatuh karena tidak memegang kuat-kuat? Tapi melihat tingkah Naufal barusan sepertinya anak itu senang.
"Aaaaa!" Pekik Keyla ketika ia mulai nendorong tubuhnya sendiri. Devan pun menangkapnya, sesuai janjinya tadi.
Devan menggendong anak itu. Ia angkat tinggi-tinggi. Gemas sekali ia melihat anak kecil. Terkadang, ia sampai berdoa agar memiliki adik kecil. Tapi tidak mungkin bukan? Memang takdirnya sebagai anak terakhir. Devan harus terima.
Dan Davin dengan teganya berkata, "lo aja ngurus diri sendiri nggak bener. Gimana nanti lo punya adek? Lo nggak kasian sama Bunda? Benerin dulu akhlak lo!"
Ah, Davin itu mulutnya suka lupa difilter.
"Kakak turun!"
Setelah puas, Devan menurunkan Keyla ke bawah. Keyla masih cekikikan kesenangan. Anak kecil memang suka digendong, apalagi sampai tinggi-tinggi.
Davin menggeleng saja melihatnya. Dosa tidak sih jika ia ingin menukar adik kembarnya menjadi adik perempuan seperti Keyla? Devan itu menyebalkan. Keyla itu menggemaskan. Ditambah, ia memang tidak memiliki saudara kandung berjenis perempuan.
"Gimana Key?"
"Key suka. Tapi perosotannya kurang tinggi."
"Key, kamu kok sok banget." Naufal—sang kakak pun menimpali.
"Biarin."
"Kita ngapain lagi nih, Kak?"
"Pulang dong. Kalian kan pada belum mandi." Dafa—orang yang paling tua di antara mereka—menjawab. Rasanya Dafa menjadi ayah bagi anak-anak itu.
Kini mereka semua sedang berjalan bersama. Dafa di posisi paling belakang. Devan menggandeng tangan Keyla, dan Davin menggandeng tangan Naufal terlihat di depannya.
"Mau balap lari nggak?" usul Davin. Sepertinya berjalan biasa seperti ini membosankan.
"Mau!" Naufal menjawab senang. Anak itu memang tidak bisa diam.
Dafa menyentil lengan Davin sehingga ia menoleh ke belakang. "Lo jangan ngada-ngada, Vin. Nanti jatuh."
"Ayo, balapan sama Kak Epan aja," tawar Devan. "Kakak kalau masalah lari, jagonya nih. Kamu pasti kalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible ✔
De TodoLelaki kembar seiras yang memiliki potret wajah serupa. Devan dan Davin namanya. Namun, kehidupan keduanya berbeda. Tidak tampak tetapi selalu diingat. Jelas terlihat tetapi tak pernah dianggap. Setiap insan memiliki cerita hidup yang berliku-liku...