39|Forgive Us [1]

15.5K 1.1K 248
                                    

Sebelumnya mau nanya. Ada yang kangen sama DevanDavin? Padahal cuma absen seminggu 😥

Happy reading...

<<<>>>

Ardi duduk termenung di depan ruang ICU. Ia seorang diri di sana, menunggu putranya bangun.

Ardi sengaja tidak kerja dulu, toh dia bosnya ini. Lagi pula, tidak mungkin juga ia dapat fokus pada pekerjaannya. Sementara keadaan keluarganya sedang kacau balau.

"Kamu kapan bangun, Devano?" gumamnya.

Pria berbadan kekar itu bangkit dari duduknya, ia mengintip dari celah jendela. Devan masih belum boleh dijenguk. Di sana, si bungsu keluarga Pratama masih setia memejamkan matanya dengan perlatan medis memenuhi tubuhnya.

Ardi menghela napas, kembali duduk di kursi. Kedua tangannya mengusap wajahnya kasar. Penjelasan dari beberapa orang paparkan tadi masih terus berputar di kepalanya.

Beberapa jam lalu, Ardi mendatangi sekolah anaknya. Ia diundang kepala sekolah untuk menyelesaikan masalah Devan. Di sana ada Sena. Ia menjelaskan secara detail di hadapan Ardi, Bu Risma, dan Pak Sidik. Masa skorsing Devan sudah dicabut, dan pihak sekolah meminta maaf sebesar-besarnya.

Pertama, karena telah menghukum Devan, yang jelas-jelas ia menjadi kambing hitam di sini. Kedua, perihal si pelaku, alias Sena. Bagaimana pun juga, Sena adalah murid SMA Bina Siswa, mereka merasa gagal mendidik anak muridnya.

Ya, walaupun ini masalah keluarganya. Tapi tetap saja pihak sekolah merasa bertanggung jawab. Ditambah, Ibunya Sena yang berprofesi menjadi salah satu guru di sana, yang kini menghilang tanpa kabar.

"Maafkan Ayah, Nak. Ayah menyesal."

Ardi benar-benar menyesal. Devan, putranya yang selalu ia anggap remeh. Devan, putranya yang selalu ia abaikan. Tidak seharusnya Ardi memperlakukan Devan seperti itu.

Ardi menyandarkan kepalanya. Kalimat-kalimat itu terus berputar di kepalanya. Membuat rasa menyesal itu semakin ia rasakan.

Ruangan kepala sekolah kini terasa lebih mencekam. Di situ, ada Pak Sidik, Ardi, Bu Risma, dan juga Sena. Mengupas kembali kebenaran yang terjadi. Meluruskan semua kejanggalan.ff

"Devano salah satu seorang siswa terbaik di sekolah ini, Pak. Terbaik bukan karena prestasi lomba atau olimpiade yang diikuti, tetapi karena attitude yang ia miliki. Saya seringkali dapar kabar dari guru-guru yang mengajar, bahwa Devan itu suka menolong, penurut, aktif di kelas, ya aktif dalam artian suka melawak atau mencairkan suasana," ungkap Pak Sidik yang diakhiri dengan kekehan kecil.

Ardi mendengarkan dengan intens.

Bu Risma mengangguk setuju, membuat tatap Ardi teralihkan kepada guru muda ini. "Betul sekali Pak Ardi. Devan memiliki sikap baik yang patut dijadikan teladan. Saya tahu, Devan memang tidak sepintar Davin. Tetapi, bukan berarti Devan bodoh, anak itu memiliki kelebihan lainnya, Pak,"

Invisible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang