28|Bilik Toilet

8.7K 924 43
                                    

Hari-hari yang dijalani oleh Si Kembar berjalan dengan baik. Setiap hari ada saja hal yang diributkan. Entah itu berebut chiki, pulpen. Bahkan kolor pun mereka rebutkan. Namun, selama itu juga ikatan batin mereka semakin erat.

Keduanya menjalani kehidupan sekolahnya dengan baik. Tak lupa dengan kursus yang kerap dilakukan dua kali dalam seminggu tersebut. Capek sih, tapi ya namanya juga sudah sekolah menengah atas tingkat akhir.

Davin terkadang masih sibuk dengan organisasi osisnya. Devan pun tak jauh berbeda. Ia masih memimpin ekskul musiknya dengan baik, dibantu dengan teman-temannya yang lain. Mereka sedang menikmati akhir-akhir jabatannya sekarang ini.

Hari ini sedang dilangsungkannya kegiatan bakti sosial, yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Di panti asuhan Kasih Bunda sudah terlihat ramai anak osis SMA Bina Siswa yang sedang bersiap-siap.

Tak lupa, Devan dan bandnya juga sudah sampai di sana. Devan dan Leon membawa serta gitarnya. Jika biasanya mereka perform dengan bermacam alat musik. Kali ini hanya ditemani oleh dua gitar. Ya, memang untuk seru-seruan saja. Menghibur anak-anak yang sudah lama tinggal di panti tersebut.

Acara pembukaan sudah dimulai beberapa waktu lalu. Kini, mereka sedang berada di waktu bebas. Waktunya untuk Devan and the band beraksi.

"Halo semua ... Wah, kalian semua di sini cantik dan ganteng yaa." Devan berkata dengan keras agar semuanya bisa mendengar suaranya. Kedua netra Devan yang berbinar melihat satu persatu anak-anak di bawah 15 tahun yang duduk di bawah beralaskan karpet.

Terdengar sorakan sebagai balasan anak-anak itu karena dipanggil cantik dan ganteng oleh Devan.

"Betul banget nih, Kak," sahut Leon manggut-manggut untuk membalas perkataan Devan. "Mereka semua di sini kelihatan bersemangat juga."

"Oh iya, sebelum kita mulai nyanyinya. Kakak-kakak di sini mau perkenalkan diri dulu. Boleh nggak?"

"BOLEH!"

Devan tekekeh sejenak saat mendapati jawaban keras dari anak-anak tersebut.

Devan pun memperkenalkan teman-temannya satu per satu. Semuanya mendengarkan dengan baik. Setelahnya, keadaan kembali ramai karena pembawaan Devan cukup menyenangkan. Bahkan, anak-anak osis pun turut meramaikan. Ada yang ikut teriak-teriak. Ada yang mengajak bercanda. Ada yang menjadi tukang foto, karena ditugaskan sebagai dokumentasi. Dan lainnya.

Setelah itu, barulah Devan dan temannya menyanyikan dua buah lagu. Semua yang berada di sana ikut bernyanyi dan tertawa. Devan pun turut senang, karena semua orang di sini tampak bahagia oleh pertunjukannya.

Setelah menyelesaikan dua lagu itu, Devan dan yang lainnya berpencar. Empat anggota teman Devan pun masing-masing sudah direbutkan anak-anak. Yang paling banyak adalah Devan. Entahlah, lelaki itu sepertinya mempunyai daya tarik tersendiri.

"Kakak ... Kak Devan kok kayak sama mukanya kayak kakak yang tadi. Tapi aku nggak tahu namanya siapa." ucap anak perempuan berumur delapan tahun itu dengan polos.

Devan tertawa kecil. "Masa sih? Berarti Kak Devannya ada dua dong?" jawabnya jahil.

"Bukan ada dua. Itu artinya Kak Devan punya kembaran yang mirip. Aku betul kan?" kata anak yang berada di sampingnya. Anak berkulit putih itu bernama Zayn.

"Kembar? Wah, kayak Arsya sama Arkan dong. Tapi mereka kembar nggak sama." balasnya yang lain. Devan tersenyum saja, mungkin maksudnya kembar tak seiras.

Beberapa anak itu malah berdebat. Beradu argumen tentang kemiripan wajah antara Devan dan Davin, yang namanya masih belum mereka ketahui.

"Betul yang dikatakan Zayn tadi. Kak Devan memang punya kembaran," jelas Devan mengiyakan perkataan Zayn, kebetulan tadi mereka berdua sudah berkenalan sejak awal. Zayn ini orangnya banyak bicara dan bertanya. Ia cepat akrab dengan orang baru.

Invisible ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang