"Happy birthday to you my prend." ucap Leon saat Upin Ipin versi remaja ganteng itu datang ke kelas.
"Thanks, Le." balas Devan dan Davin bersamaan.
"PU lah yang baru aja legal." ujar Rafi.
"Tenang, Raf. Lo mau apa? Nanti gue traktir deh buat kalian." jawab Devan.
"WAH SERIUS LO, VAN?" pekik Leon. Ah, anak itu memang sukanya gratisan. Padahal jajan bulanan yang diberikan orang tuanya paling besar di antara mereka berempat.
Devan mengangguk. "Ini khusus dari gue. Jadi, kalau misal lo pada mau minta PU dari Davin, silakan aja."
Budaya di sana memang begitu. Seorang yang baru saja bertambah umur, harus memberi temannya yang lain Pajak Ulang tahun atau dikenal PU. Tidak wajib juga sih, ya semaunya mereka saja. Yang penting ikhlas. Jadi, kalau tidak ikhlas mending nggak usah sekalian. Namanya juga seru-seruan saja.
Leon dan Rafi menoleh kepada Davin si muka datar. Davin menatap sinis dua orang itu. "Apa lo?"
"Ampun Bang jago." kata Leon.
Mood Davin sedang tidak baik. Ia tidak tenang sejak tadi. Flashdisk miliknya yang belum ditemukan itu yang menjadi pokok masalahnya.
Hari ini ada rapat OSIS untuk membahas pelepasan jabatan. Davin yang membuat proposal itu. Yang disimpan di flashdisknya. Tak hanya itu, di dalamnya juga banyak menyimpan file penting.
Artinya sia-sia saja Davin membuatnya semalaman hampir tidak tidur kalau flashdisk itu tidak ditemukan. Salah sendiri ia tidak membuat back up-nya.
Lamunan Davin buyar saat ada seseorang menegurnya, berkata bahwa ada yang memanggilnya. Davin mengangkat kepalanya mengarah ke pintu. Di sana, ada sang ketua osis menatapnya.
Mampus! Dia ngapain ke sini?
"Vin, itu Rendy manggil lo dari tadi. Samperin bege!" Kata Rafi.
Davin mendorong bangkunya ke belakang, lalu bangkit dari posisinya. Ia melangkah menuju depan kelas, dimana Rendy sudah menunggunya.
"Kita rapat sebentar dulu sebelum masuk. Gue udah izin juga sama guru."
Kalimat itu sudah menjadi penjelas bagi Davin. Ia berjalan berdampingan dengan Rendy.
Sesampainya di ruangan OSIS yang biasa dipakai rapat, Davin bisa lihat di sini ada beberapa orang juga yang sudah duduk rapi.
"Sebelumnya gue minta maaf karena udah ngumpulin kalian pagi-pagi begini." ucap Rendy sebagai pembuka.
Karena di sini hanya terdapat lima orang, tidak diperlukan perkataan yang formal.
"Lo mau apa, Ren? Nanti gue mau UH Biologi anjrit jam pertama. Gue nggak mau susulan." kata Rama. Anak itu sedikit protes karena intruksi tiba-tiba dari sang ketua osis yang menyuruhnya berkumpul.
"Lo lupa, Ram. Kita sekelas, btw." balas Rendy malas.
"Lah! Iya juga, kok gue bisa lupa." Rama tergelak di tempatnya mengundang tawa dari yang lainnya. Ruangan itu pun mencair dari sebelumnya.
Lalu setelahnya, Rendy menjelaskan satu-satu permasalahan yang ingin ia bahas di sini bersama kerabat OSIS-nya yang memiliki jabatan penting.
Semua di ruangan itu, mendengar baik-baik. Beberapa hari lalu telah dilaksanan pemilihan ketos-waketos periode selanjutnya untuk menggantikan posisi kakak kelasnya yang sudah kelas dua belas.
Tampaknya, acara pencoblosan beberapa hari lalu tidak berjalan lancar. Dan itulah mengapa Rendy ingin membahasnya di sini.
"Oh iya, proposal LPJ dibuat sama siapa ya?" Rendy bertanya kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible ✔
RandomLelaki kembar seiras yang memiliki potret wajah serupa. Devan dan Davin namanya. Namun, kehidupan keduanya berbeda. Tidak tampak tetapi selalu diingat. Jelas terlihat tetapi tak pernah dianggap. Setiap insan memiliki cerita hidup yang berliku-liku...