8. Tingkah Magnus

1K 89 184
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading :)

Ada beberapa alasan mengapa pisah adalah hal terbaik dalam sebuah hubungan. Rasa itu masih ada, tetapi keadaan yang tidak mengizinkan rasa itu bersarang lama. Mengakhiri hubungan dengan Magnus bukanlah keinginan Vera. Ia lebih memilib melakukan itu agar keluarganya terjaga.

Egois? Bukan. Saat itu keluarga menjadi prioritasnya. Segala hal haruslah ia lakukan bersama keluarga. Jika waktu itu Vera tetap mempertahankan Magnus, bukan tak mungkin ia akan hidup menderita sekarang.

Pintu kamar Vera selalu terbuka. Di depan pintu, seorang pria kekar berjaga di sana. Vera jelas tidak nyaman, tetapi ini lebih baik daripada harus ada hati yang terluka. Semenjak putus dengan Magnus, penjagaan untuk Vera bertambah ketat. Beberapa orang suruhan yang ayahnya sewa selalu memperhatikan gerak-gerik Vera dan orang di sekitarnya. Termasuk saat Iva datang kemarin malam dan menyebutkan nama Magnus.

Perhatian penjaga langsung terfokus pada Iva yang meminta cara mendekati laki-laki itu. Jelas Vera tidak nyaman dengan pembahasan itu, apalagi tatapan tajam para penjaga yang terus mengawasinya.

Siapa pula yang tidak bisa jatuh cinta dengan pesona Magnus? Pintar, tampan, sopan, dan hal baik lagi lainnya. Vera akui, satu tahun tidak cukup untuk melupakam cowok itu.

Vera tidak tahu apa yang terjadi ke depan. Tatapan mata Magnus masih nyaman seperti dulu. Ingin rasanya Vera kembali bersama Magnus, tetapi mengingat sahabatnya juga menyukai orang yang sama, Vera memilih mundur. Lagipula ia tidak mau semuanya hancur karena ia kembali dekat dengan Magnus. Cukup melihat Magnus setiap hari, pasti itu sudah cukup. Jika tidak cukup, nekat mungkin hal yang lebih baik.

Gawainya berdering tak lama kemudian. Vera tersenyum lalu mengangkat panggilan itu. "Halo, Bun?"

"Bunda lagi mampir di warung siomay, kamu mau berapa porsi?" Di seberang, Hera memesan sembari merogoh sesuatu di tasnya.

"Terserah Bunda aja, deh." Siomay, makanan favorit Vera melebihi apapun.

***

"Gue tukeran jaga, Dek semalem." Hari ini Magnus diperbolehkan pulang. Di tengah kantuk beratnya, ia diharuskan membereskan barang Magnus. Si empu sendiri duduk tenang dengan kaki menggantung di pinggir bed dan tatapan yang fokus ke gawai.

Magnus tidak memedulikan ucapan itu. Biarlah kakaknya sadar, meninggalkannya saat sedang kesusahan napas adalah hal yang salah, beruntung ia bisa mengatasinya sendiri. "Baru tahu jadwal jaga dokter umum dirubah. Shift malem mulainya jam lima sore ternyata. Dan gue baru tahu ada dokter yang nggak punya ponsel."

Sontak Al merasa tertohok dan menghentikan kegiatannya begitu saja. Benar ini semua kesalahannya yang juga tidak mengabari Magnus sama sekali. Al benar-benar melupakan fungsi benda itu kemarin.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang