17. Langsung terjadi

897 80 133
                                    

Happy reading

Hari ini akan kumpul ekstra, Magnus dan kawannya kini berjalan kaki menuju markas.

Magnus tersenyum jahil saat melihat Vera di depannya. Langsung saja ia menghadang langkah Vera

"Hai, Vera," sapanya.

"Apa?" ketus Vera.

"Boleh numpang nggak?" tanya Magnus.

"Numpang apa?" bingung Vera.

"Numpang nama gue di belakang nama lo." Magnus tersenyum dengan menaik turunkan alisnya.

Seketika rasa panas menjalar di kedua pipinya. Vera tak dapat menahan bibirnya yang tiba-tiba mengembang.

"Mag, paving ini keras loh."

"Kalau keras kenapa?"

"Gue bisa jedotin kepala lo di sini."

"Sekeras-kerasnya paving itu bakal kalah keras sama perjuangan gue dapetin lo, Ver. "

Lagi, dalam satu waktu Vera dibuat salah tingkah oleh Magnus. Vera menghindari tatapan tajam Magnus padanya. Jantungnya berdegup tak wajar. Napasnya seperti tercekat.

"Apaan sih!" Vera yang salah tingkah meninggalkan Magnus.

"Temen gue udah nggak waras," kata Lerby dan Sergio keras jengah dengan kebucinan sahabatnya.

Di markaspun Magnus terus tersenyum mengingat ekspresi Vera. Ucapan kelas 12 tentang ekskulnya tidak diperhatikan.

"Oke lanjut ya. Kita udah ada 4 kandidat, dua dari MHS 1, dua dari MHS 2. Pertama dari MHS 1 yaitu Mario sama Andri dan dari MHS 2 Magnus sama Satria." Aksa melanjutkan. Semua dipilih berdasarkan diskusi.

Berbagai macam ekspresi terlihat. Ada yang senang, kecewa, sampai muka datar. Seperti Sergio yang saat ini merancang ide baru untuk proyek bolpoinnya dan sama sekali tidak paham apa yang dibahas.

Lerby menepuk bahu Magnus pelan. "Udah gue duga pasti lo kepilih. Karena sekarang gabung, pasti lo sulit jadi ketum."

"Iya, doain. Bisa diledekin Abang dong kalau gue kalah." Keaktifannya di ekstra ini salah satunya untuk mengimbangi Al yang dulunya pernah menjadi ketua umum.

Salah satu siswa MHS 1, mengacungkan jarinya. "Bang, yakin nih Magnus juga? Kan dia penyakitan!" Suara itu terdengar tepat di depan Magnus.

"Mario lo nggak punya hak untuk itu. Terima keputusan kami." Aksa terkejut mendengarnya. Bukan karena fakta penyakit Magnus, tetapi adanya orang yang mengetahuinya selain angkatannya.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang