7. Terbagi

1.1K 88 197
                                    

Aku pernah berharap jika perpisahan adalah awal dari pertemuan selanjutnya. Salahkah aku jika menarik harapan itu  agar nantinya tidak terwujud?

~Magnesium Zenith Nabastala~

Happy reading all :)

***

Menghadapi Magnus yang marah seperti ini nyatanya lebih sulit daripada menghadapi orang yang marah meledak-ledak. Magnus pandai sekali mengontrol emosi karena penyakitnya. Tidak pernah ada raut wajah marah yang Magnus tunjukkan, membuat orang berpikir Magnus orang yang sabar. Padahal di dalamnya mati-matian mengontrol emosi.

Pagi menjelang siang tadi, Al sudah berjanji untuk bermain monopoli dengan Magnus. Permainan favorit melebihi apapun, meskipun hanya dua orang itu tidak masalah karena keduanya bisa saling curang.

Pukul lima sore, Al bergegas berjalan menuju ruang rawat Magnus, setelah mempelajari beberapa kasus kesehatan terbaru di kamar dokter jaga IGD. Menjadi seorang tenaga medis memang dituntut untuk paham segala hal tentang medis terbaru.

Langkah Al terhenti saat di salah koridor menjumpai wanita yang tidak asing baginya. Wanita itu mengundang perhatian Al, meskipum sedang tidak melakukan apa-apa. Tanpa pikir panjang, Al menghampiri wanita itu.

"Lea, lo kenapa?" tanya Al begitu sampai di dekat Azalea. Di pegangnya pundak wanita yang memegangi kepala sambil bersender di dinding itu.

Menatap Al sekilas kemudian menjawab, "kepala gue pusing tiba-tiba, agak mual ini."

Pusing dan mual menjadi hal yang kurang untuk menegakkan diagnosis jika Al tidak buru-buru mengingat riwayat penyakit Azalea yang diingatnya semasa SMA dulu.

"Udah makan?" tanya Al.

Gelengan dari wanita itu menjadi jawaban dari pertanyaan Al. Sekarang ia jadi tahu penyebabnya dan tahu apa yang harus dilakukan sekarang. "Rumah makan depan enak-enak."

Pada akhirnya Al menuntun Azalea yang sedikit susah berjalan. Melupakan tujuan awalnya berjalan di koridor ini.

***

"Haha, ngarep banget sih lo Mag. Abang lo mana mungkin dateng," ucap Magnus pada diri sendiri.

Jam dinding di atas sofa menunjukkan pukul delapan malam lebih. Ia sudah menghabiskan separuh makan malamnya sekitar dua jam yang lalu. Rasa kantuk mulai menyerang Magnus yang akhir-akhir ini tertidur lebih awal.

Terkecuali malam ini. Bukan sebab menunggu kakaknya, melainkan adanya cewek asing yang duduk bersebelahan dengannya di atas sofa sedari tiga puluh menit yang lalu. Sudah hampir sepuluh kali Magnus mengusirnya, tetapi yang ia dapat malah kegencaran cewek itu mendekatinya.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang