4. Hidup Magnus

1.8K 144 113
                                    

Putar mulmed!

***

Ingin tidak peduli, tetapi kenapa malah ada hal yang memaksaku untuk peduli?

~Aloe Vera~

***

"MHS 2 kebakaran ini bener nggak sih?"

Pertanyaan dari ketua kelas XI IPA 3 itu sontak mengundang perhatian seisi kelas. Vera dan Iva yang baru saja masuk ke kelas berlari cepat menghampiri Bayu. Di ponsel Bayu terlihat sebuah bangunan yang amat dikenal oleh anak MHS 1 terbakar oleh api yang besar. Beberapa siswa terbaring di lapangan upacara.

"Bener itu, katanya ada yang meninggal juga ini." Sifa menimpali.

"Yaampun kasihan banget. Bangunan masih baru, kan?"

"Iya baru, mereka keluarga kita juga loh. Guru mereka sama kayak guru kita."

Iva masih terus menyimak obrolan teman-temannya itu dengan perasaan campur aduk. Vera sendiri berjalan menjauh, kemudian mengutak-atik ponselnya. Pikirannya terfokus pada satu nama yang memenuhi ruang pikirannya kini. Nama yang susah payah ia lupakan satu tahun ini.

***

Jika bukan karena Denta yang pagi tadi menyurunya ke IGD untuk tukar shift, pasti Al tidak akan berdiam di sini dan akan berangkat ke IGD nanti saat malam. Hari ini IGD sudah ramai, ditambah ada korban kebakaran yang sebagian dikirim ke Marseille Hospital, tempat Al bekerja.

"Sekolah mana yang kebakaran, Sus?" Sambil mengisi sesuatu di Nurse Station, Al bertanya.

"MHS 2, Dok. Kasihan ini mereka masih pada remaja--"

"MHS 2?!" pekik Al tidak percaya.

Bersamaan dengan itu, sebuah brankar yang didorong tenaga medis masuk lagi membawa seorang pasien dengan kancing seragam yang terbuka seluruhnya. Memperlihatan bekas sayatan melintang yang sukses membuat Al terperanjat.

Pikiran Al dipenuhi spesikulasi buruk yang terjadi pada pasien itu saat mengikuti triase berwarna merah di lantai IGD ini. Berada di posisi ini selalu membuatnya takut. Meski sudah sering mengalaminya, Al tetap takut jika melihat adiknya kembali masuk ke IGD dengan brankar mengikuti triase merah itu, di mana triase merah diperuntukkan pasien yang membutuhkan pertolongan medis segera dan dalam kondisi yang mengancam nyawa.

Al segera melumuri tangannya dengan antiseptik kemudian memakai sarung tangan lateks yang masih ada di kardusnya itu. Dilihatnya satu orang perawat wanita dan dua perawat laki-laki yang bergantian memberikan CPR atau Cardio Pulmonary Resuscitation pada dada Magnus.

Dalam bahasa Indonesia, CPR juga disebut RJP atau Resusitasi Jantung Paru.


Wajah cerah yang tadi pagi merengek padanya untuk memberikan izin ke sekolah kini berubah pucat. Tidak ada semangat terpancar yang selalu Magnus perlihatkan. Tubuh itu tidak memiliki daya, berpasrah pada apa yang dilakukan tenaga medis untuk mengembalikan detak jantungnya.

Cardiac Arrest atau henti jantung kembali dialami Magnus. Ia juga mengalami aritmia, yaitu kondisi jantung yang tidak teratur dengan irama Ventrikel Fibrilasi, itu terlihat di bedside monitor yang elektrodanya terhubung ke dada Magnus. Henti jantung adalah kondisi ketika jantung berhenti menjalankan tugasnya untuk memompa darah, sehingga tidak ada darah yang dapat dialirkan ke organ vital lainnya.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang