18. Yang harus diprioritaskan

806 88 131
                                    

Kenapa orang lemah selalu dipandang sebelah mata ya? Bukannya juga sama-sama manusia?

~Magnesium Zenith Nabastala~

Happy reading

Di saat suasana hatinya sedang buruk, Magnus hanya ingin cepat pulang dan beristirahat di kamarnya, tetapi kini sudah setengah jam sejak ia mengirim pesan ke kakaknya dan belum ada balasan sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di saat suasana hatinya sedang buruk, Magnus hanya ingin cepat pulang dan beristirahat di kamarnya, tetapi kini sudah setengah jam sejak ia mengirim pesan ke kakaknya dan belum ada balasan sama sekali.

Seketika Magnus menyesal tidak menerima tawaran dari Sergio untuk pulang bersama. Pikirannya sedang tidak jernih saat tuduhan itu masih menghantuinya. Entah apa yang akan terjadi pada Senin nanti, yang jelas ia harus meminta bantuan Iva untuk ini.

Magnus merogoh tas bagian sampingnya, berniat mengambil minum, tetapi secarik kertas juga ikut keluar saat ia mengeluarkan botolnya. Kertas yang tampak kusut itu malah membuat Magnus penasaran. Ia berniat membukanya, namun getaran singkat di gawainya lebih membuatnya penasaran.

Nomor tidak dikenal:
Dek, ini Abang. Hp gue lowbat, mobilnya mogok. Ini gue pake punya orang. Gue ada di depan Kafe Among, lo ke sini ya?

Tenang. Ia tidak boleh emosi. Ini namanya musibah. Sekarang Magnus sedang mengunduh aplikasi ojek daring itu. Menghemat biaya, ia tidak memilih mobil.

Magnus merasa ganjil di sini. Jika memang mobil mogok, kenapa Al tidak menyuruhnya langsung pulang saja? Kenapa ia harus menghampiri Al dulu? Bukannya lebih baik Al menyuruhnya langsung pulang?

Saat hendak menelepon nomor asing tadi, pesanannya sudah datang. Ia buru-buru memakai maskernya dan menaiki motor itu. Suasana sekolah mulai sepi, bahkan sekarang sepertinya tidak ada lagi kehidupan di gedung sekolah itu.

Seingat Magnus memang ada bengkel di depan Kafe Among, tetapi Magnus baru ingat jika itu hanya bengkel kendaraan roda dua, bukan roda empat. Sekarang ia terdiam di depan kafe setelah turun. Nomor tadi juga tiba-tiba tidak aktif.

Pandangan Magnus mengedar ke seluruh penjuru. Berharap menemukan sesuatu. Saat ini jelas ada orang yang bermain dengannya. Magnus yakin pasti orang itu ada di sekitar sini, tetapi yang didapatinya justru membuatnya lebih tercengang. Tanpa menunggu lama, Magnus bergegas menghampirimya.

"Abang!" panggil Magnus. Benar yang sedang ada di depannya sekarang adalah Al. Pria itu baru saja keluar kafe menggandeng seorang wanita, keduanya tampak serasi dan bahagia tanpa sadar ada yang perlu dikhawatirkan.

"M-Mag!" Gandengan tangan itu sontak terlepas, menimbulkan raut protes dari wanita di samping Al yang membuat Magnus merasa kecewa.

"Bang, gue mau pulang," pinta Magnus. Pikirannya yang sudah tidak karuan bertambah kacau sekarang. Saat dirinya membutuhkan jemputan segera, kakaknya malah dengan santai berduaan dengan wanita. Bukan egois, Magnus hanya ingin kakaknya memprioritaskan hal yang seharusnya diprioritaskan, bukan mengutamakan urusan hati.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang