"Emang ekstra kalian ngajarin penyelesaian masalah baku hantam gitu?"
Suasana di dalam mobil yang dihuni empat orang ini sebenarnya mencekam. Hanya saja yang menjadi tersangka kini bersikap biasa dan tidak menunjukkan ketakutannya pada orang di balik kemudi itu. Mobil ini diam, tidak bergerak, karena memang pemilik tidak menjalankannya
"Ler, Lerby itu Bang Al marah?" bisik Sergio pada Lerby di sampingnya. Entah Sergio yang memang tidak tahu atau sengaja agar wajah Lerby tidak tegang.
Ingin rasanya Lerby memukul Sergio sekarang saking tidak tahu suasananya. Apakah wajah datar dan garang milik Al belum bisa menunjukkan kalau ia sedang marah sekarang?
"Mau jadi gentleman gitu makanya pukulan? Iya?!" Jika tidak ada Magnus di sampingnya, pasti Al akan marah besar. Bagaimanapun ia menjadi alumni di sini. Kelakuan anggota juga turut menjadi perhatiannya. Selama ini, PMR menjadi esktra yang anti dengan baku hantam. Melihat kejadian ini, membuatnya merasa gagal menjadi alumni yang baik.
"Bang, udah mereka ngebela kebenaran." Magnus ikut bersuara setelah napasnya berangsur membaik, tetapi pandangannya enggan bertemu mata Al yang tajam.
"Ngebela kebenaran tapi caranya salah. Kalau kesiswaan lihat, bisa 'beku' ekstra lo, Dek!" papar Al kembali mengingat kejadian pada salah satu ekstra saat angkatannya menjabat.
"Beku? Jadi es gitu Bang maksudnya? Oh markasnya dijadiin tempat es batu?" Sergio bertanya dengan polosnya. Kini kepalanya terjulur ke depan ingin melihat wajah Al.
Sebisa mungkin Magnus dan Lerby menahan keinginannya untuk tidak melempar Sergio ke selokan yang ada di dekatnya saat ini. Melemparnya kemudian menimbunnya dengan sampah dari seluruh esktra lalu meninggalkannya.
Al menarik napas panjang sebelum menghembuskannya. "Dibekukan artinya ekstra kalian tidak bisa diurus dan tidak boleh mengadakan pertemuan," jelas Al pelan-pelan. Terkadang Al heran. Sergio anak orang kaya, pastinya makanannya akan terjamin. Namun, mengapa otak Sergio jadi seperti ini?
"Oh, gitu." Sergio mengangguk.
"Gue mau marah malah nggak jadi gegara lo, Ser!" kesal Al. Hal yang ingin ia ungkap malah menghilang sekarang.
"Gue emang hebat, Bang. Parah sih kakel nggak pilih gue jadi caketum." Sergio menyombongkan diri. Jika ditelisik, tidak ada yang patut disombongkan.
"Mereka pasti gila kalau milih lo," ujar Magnus terkekeh. Membayangkan PMR yang nantinya berubah menjadi PMJR atau Palang Merah Jiwa Remaja. Esktrakurikuler yang berisi remaja seperti Sergio.
"Bukan gila lagi sih. Ungkapan yang lebih kejam dari gila pokoknya," tambah Lerby.
"Yang ada bukannya maju, malah makin diinjak!" Al sedikit menyindir sebenarnya. Mengingat beberapa dari mereka suka memandang sebelah mata.
"Tapi kalau muka Sergio yang diinjak sih gue nggak apa," imbuh Magnus. Disusul suara menahan tawa dari Al dan Lerby.
"Jahat lo Mag. Asli. Pencemaran itu namanya." Sergio memasang wajah sok sedih.
"Pencemaran apa? Yang ada bumi jadi bersih kalau nggak ada muka lo," ledek Lerby menambahi. Inginnya terus tertawa, tetapi merasa kasihan juga dengan wajah melas Sergio yang tersakiti.
Sergio menunduk. Merasa harga dirinya dibuat mainan oleh ketiganya. Lihatlah, sekarang mereka bertiga malah bertos ria di atas kesedihannya membayangkan wajahnya diinjak sepatu macam milik Lerby yang sering dibawa ke kandang ayam.
"Bye, gue pergi. Jangan kembali kalau hanya menambah luka." Sergio tiba-tiba saja keluar mobil. Tanpa sadar ucapannya malah terdengar aneh di telinga Magnus, Lerby, dan Al. Sergio sama sekali tidak masalah menjadi bahan hinaan. Toh, ia sudah biasa dengan hal itu sejak kecil.
"Gue serius. Dengerin gue." Al kembali pada mode serius.
"Gue cuma pengin kalian bersikap lebih dewasa. Ada pepatah jawa yang artinya kurang lebih 'segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar'. Dengan kalian berusaha lenbut hati dan sabar, dia akan kalah. Lihat pas kalian baku hantam, dia malah senang. Dia malah ngerasa kalau dia menang. Coba--"
"Dia udah kelewatan. Bang. Dari awal dia suka nuduh Magnus nggak jelas." Emosi sepertinya masih menguasai diri Lerby. Belum sempat Al selesai berbicara, ia sudah memotong.
Al berdecak. "Dengerin dulu. Lo udah tahu Mario orangnya kayak gimana. Dia nyulut api malah lo ladenin. Kesenengan dia lah." Al menengok ke belakang merasa kesal ucapannya sampai dipotong.
"Pada intinya kalian kurang dewasa," pungkas Al. Membiarkan Magnus dan Lerby berpikir. Bisa dipastikan Magnus juga akan emosi seperti Sergio jika napasnya tidak sesak. Kali ini, Al berterima kasih kepada sesak yang dialami Magnus tadi.
"Bersikap dewasa dalam menghadapi hal seperti itu sangat diperlukan. Organisasi ini udah didik kalian bukan? Tahun lalu di MHS 2 juga ada hal semacam ini, tetapi mereka bersikap bijak dengan tidak melakukan kekerasan. Mereka mencari fakta yang bisa membungkam si pelaku. Akhirnya acara selesai tanpa ada perkelahian." Bersikap dewasa memang sulit. Di usianya saat ini saja, Al masih kesulitan menjadi dewasa yang sesungguhnya.
"Jangan bersikap seperti orang yang tidak berpendidikan hanya karena masalah sepele. Ini masih organisasi kecil, bagaimana nantinya kalau hal serupa terjadi di organisasi lebih besar? Saat pemilihan lurah misalnya. Apa berkelahi bakal nemu jalan keluar?"
Nasihat Al kali ini benar-benar menohok. Perkelahian seperti ini kerap terjadi pada remaja seusianya dan menjadi hal wajar. Seakan emosi yang tertahan bisa keluar jika sudah baku hantam. Tanpa menyadari jika hal itu sama saja seperti remaja kurang didikan jika masalah yang dihadapi sepele.
***
Haloo, aku memutuskan untuk update dulu nih
Oh ya, sekarang aku nggak bisa lagi update setiap hari seperti dulu, tapi aku usahakan tetap konsisten update yaa.
Aku bener-bener minta maaf ya udah kecewain kalian. Maaf ya maaf
Cerita ini memang aku buat agak beda dengan yang lain. Dan cerita ini masih panjang karena ini baru konflik kecil-kecilan.
Sekali lagi aku mohon maaf sudah mengecewakan kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAOBAB
Novela Juvenil(BROTHERSHIP/ROMANCE/HUMOR/SAD/SICKLIT) Apakah wajar jika cewek minta putus dulu? "Lo udah ngajari gue cara jatuh cinta, tapi kenapa lo nggak ngajari gue cara ngelupain dan ngebenci lo?" ~Magnesium Zenith Nabastala. Ini tentang Magnesium Zenith N...