11. Sedang di bawah

877 84 135
                                    

Aku membuat karakter Magnus yang seperti ini bukan asal-asalan.

Beryukur itu penting. Kayak Magnus. Dia emang punya orangtua yang nggak sayang.
Tapi lihat dia setegar itu jalanin hidup. Dia sakit jantung juga kan. Masih banyak orang lain yang lebih menderita daripada kita.

Maaf, aku bukan mau menggurui. Aku cuma nyampein pelajaran hidup dari lingkungan sekitarku

Happy reading

Vera memasuki rumahnya dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vera memasuki rumahnya dengan cepat. Melihat Magnus yang tertawa senang dengan Iva membuatnya mengurungkan niat masuk mobil dan melangkahkan kaki masuk kembali ke gedung sekolah menuju taman di belakang lobi. Benar, Vera memang belum bisa move on. Tawa itu pernah dimilikinya dulu.

Sampai depan pintu rumah, Vera mendengar obrolan disertai tawa di dalan rumahnya. Tanpa menunggu lama, Vera bergerak masuk.

"Bunda," sapanya pada seorang wanita yang duduk bersama empat wanita lain di ruang tamu ini.

Vera mendekati Hera kemudian mengasongkan tangannya hendak bersalaman. Vera pikir suaranya kurang keras, sehingga ia kembali mengulang sapaannya. "Bunda," ulangnya.

Hera mengalihkan pandangannya, dari menatap temannya beralih menatap Vera di sampingnya. Sekilas menatap wajah lelah Vera kemudian beralih pada tangan Vera yang ada di dekatnya. Hanya itu, kemudian beralih ke temannya lagi.

"Iya sama, aku juga suka banget sama brand satu itu," sambar Hera mengacuhkan Vera yang masih setia ada di sampingnya. Vera dianggap seperti patung, dilihat sebentar kemudian mengalihkan pandangan lagi.

Sakit. Jelas sakit rasanya diacuhkan seperti ini. Apa salahnya? Apa ada yang salah dengan meminta salim kepada orang tua selepas pulang sekolah? Apa sepenting itukah teman bundanya sampai dirinya yang jelas anaknya diacuhkan terang-terangan seperti ini?

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang