Kalau selesai nyuri tu, kembaliin napa? Apalagi yang lo curi hati. Beuhh
~Magnesium Zenith Nabastala~
Happy reading
Segelas air putih dingin rupanya membantu otak Magnus yang terasa mendidih setelah mengerjakan soal matematika minat tadi. Materi semakin lama semakin berkembang dan kadang kala Magnus merasa materinya terus bertambah, padahal materi sebelumnya ia belum sepenuhnya paham.
Magnus hendak melanjutkan minumnya, tetapi rasa sakit yang menghujam dadanya secara tiba-tiba membuatnya mengurungkan niat. Awalnya ia bisa menahannya. Namun, hanya sebentar karena rasa sakit itu juga menyita ruang napasnya sehingga ia kesulitan menghirup oksigen. Kepalanya mulai memberat seiring dengan napas yang turut cepat dan memberat.
Keringat mulai membasahi dahinya. Seberat itukah kegiatan yang Magnus lakukan sampai tubuhnya memberi peringatan menyakitkan seperti ini? Apa benar ia terlalu memforsir tubuhnya melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak terlalu keras ia kerjakan?
Tangan Magnus perlahan terangkat, meraih dadanya sendiri yang kian menimbulkan rasa sakit. Ia tidak tahu harus apa sekarang. Kakinya mulai melemas, tangan satunya lagi ia gunakan untuk berpegangan pada meja di depannya.
Tubuhnya kini benar-benar meluruh sampai tangannya tidak sengaja menyenggol gelas plastik di dekat tangannya. Tidak seharusnya ia menggunakan gelas plastik. Seharusnya ia menggunakan gelas kaca. Jadi ia bisa memberitahu pada siapapun di rumah ini untuk menolongnya.
Nyeri itu perlahan menjalar ke punggungnya. Tubuhnya yang lemas sudah bersandar pada kaki meja. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Jantungnya kembali memberontak.
"Abang," lirihnya penuh harap kakaknya akan datang lalu membantunya. Jika itu tidak terjadi, izinkan Magnus untuk sebentar saja melihat wajah Al sebelum kesadarannya terenggut.
Harapannya datang. Kesadarannya belum terenggut sepenuhnya. Bibirnya yang pucat mengulas senyum tipis.
"Hei." Al buru-buru menghampiri adiknya yang sudah sangat lemah. Al meraih kepala Magnus lalu meletakkannya di lipatan sikunya yang sudah tertopang di kakinya. Membuat posisi adiknya setengah duduk agar oksigen agak mudah diraihnya.
"Sa-sakit, Bang," rintih Magnus dengan sisa-sisa tenaganya.
Seketika Al lupa tindakan apa yang harus dilakukannya tiap kali mendengar rintihan dari Magnus. Posisinya sebagai dokter kerap membuatnya sulit. "Dek, dengerin Abang. Tenang, rileks." Al meraih jemari Magnus yang sudah berkeringat dingin.
"Sekarang, tarik napas dalam dari hidung," titah Al.
Al tahu itu sulit, tetapi Magnus pernah ia latih prosedur teknik napas dalam sebelumnya. Magnus mengikuti instruksi. Ia mencoba menarik napasnya meskipun harus merasakan sakit di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAOBAB
Teen Fiction(BROTHERSHIP/ROMANCE/HUMOR/SAD/SICKLIT) Apakah wajar jika cewek minta putus dulu? "Lo udah ngajari gue cara jatuh cinta, tapi kenapa lo nggak ngajari gue cara ngelupain dan ngebenci lo?" ~Magnesium Zenith Nabastala. Ini tentang Magnesium Zenith N...