19. Terjadi

846 81 157
                                    

Tau buah nangka? Terkadang kulitnya bagus, aromanya harum, tapi pas lo buks isinya busuk semua.

~Magnesium Zenith Nabastala~

Happy reading

"Buka pintu, woi!"

"Ini penting, woi!"

"Demi kebersamaan dan rasa pentol corah yang pedes, woi!"

Ayam di pagi hari ini masih berkokok bersahutan, menandakan seberapa paginya saat ini, lalu dengan tidak sabarnya si pelaku menggedor pintu seolah hal itu adalah sebuah kesopanan yang patut dipertahankan.

Mata Magnus terbuka paksa mendengar gedoran tak sabaran itu. Pintu kamarnya tidak terkunci, lalu mengapa dua suara itu seakan niat sekali mengganggunya?

Selimutnya ia tarik, sampai tubuhnya tertutupi seluruhnya. Menghiraukan teriakan dari dua sosok manusia pengganggu yang sudah merusak Minggu paginya.

"Selamat datang ke dunia, Mag!" seru Lerby mengawali setelah ia masuk ke kamar Magnus.

"Selamat menempuh hidup baru, semoga bahagia selalu," sambung Sergio dari arah belakang Lerby.

"Lo pikir gue bayi baru lahir terus nikah gitu?!" sinis Magnus akhirnya mendudukkan dirinya menatap tajam kedua manusia yang datang pukul lima lewat ini.

Tidak ada sahutan. Sergio sibuk mengobrak-abrik meja Magnus. Alat tulis yang sudah ia susun di sebuah kotak berdasarkan banyaknya isi telah berserakan. Lerby dengan tenangnya membuka lemari camilannya kemudian memakannya tanpa dosa.

Kesabaran Magnus sudah diuji saat ini. Anehnya Magnus tidak pernah kambuh saat meredam kekesalan dengan kedua cowok ini. "Sergio, lo sedang apa?" tanya Magnus lembut pada Sergio yang kini memasukkan beberapa bolpoinnya ke dalam saku celana.

"Lagi cari bahan buat pagar bolpoin gue. Sebagai sahabat, lo harus membantu kan? Nah ini karena bolpoin lo mau mati, jadi gue mau satuin supaya jadi pagar," jawab Sergio seolah yang dikerjakannya ini benar.

Magnus menatap nanar sisa bolpoinnya yang tinggal satu.

Mata Magnus beralih pada Lerby yang kini duduk di dekat jendela. Bungkus makanan ringan itu mulai berserakan. "Lerby, lo ngapain?"

Lerby menoleh ke Magnus. "Kasihan ke gue lah, Mag. Gue belum makan tadi. Lo nggak kasihan ke gue? Kalau gue jadi gelandangan gara-gara nggak lo kasih makan gimana? Kan lo selalu bilang semua orang butuh makan," ucapan memelas Lerby malah membuat Magnus mati-matian menahan kemurkaannya.

Magnus menarik napas panjang sebelum menghembuskannya pelan. "Jadi tujuan kalian dateng ke rumah gue apa?!" teriak Magnus tidak tahan. Beruntung Al masih shift sekarang, jadi ia bebas berteriak sekarang. Mungkin hanya ada ART di dapur.

Sergio dan Lerby bergegas mendekati Magnus. Keduanya naik ke ranjang Magnus, kemudian bersila di hadapan Magnus. "Tujuan kami ke sini adalah mengajak anda untuk mencuri mangga yang ada di tetangga sebelah," ujar Sergio dan Lerby bersamaan dengan rasa percaya diri tinggi.

Embusan napas berat terdengar dari Magnus. Rasa kantuknya perlahan lenyap berganti dengan rasa kesal yang tidak berkesudahan. Magnus mengangguk, menuruti saja ajakan tidak baik kedua sahabatnya ini.

"Mag memang yang terbaik pokoknya," puji Lerby mengacak rambut Magnus layaknya anak kecil.

"Iya, sayangnya nggak bisa move on," ejek Sergio kemudian.

"Lo juga udah nggak ganteng, Mag," ledek Lerby. Sepertinya pujiannya tadi tidak ikhlas.

"Muka datar dan ngeselin lo sekarang bikin tangan gue panas, Mag," ujar Sergio mengibas-ibaskan tangannya.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang