41. Salah duga

750 88 33
                                    

Hal sekecil apapun yang kalian punya, wajib disyukuri. Belum tentu orang lain mendapatkannya. Syukuri selagi ada.

~Magnesium Zenith Nabastala~

Happy reading

Namun, lagi-lagi rapat harus tertunda saat tiba-tiba tubuh Magnus limbung ke sisi kiri. Semua cewek di markas terpekik seketika.

Hal di luar dugaan terjadi. Sergio dengan cepat mendekati tubuh Magnus tanpa peduli tubuhnya yang terantuk meja. Nyatanya perasaan persahabatan itu lebih kuat daripada egonya akibat kesalahan yang tidak perlu dibesarkan.

"Da... da gu... e," lirih Magnus hampir tak terdengar. Tangannya meraih dada yang terasa nyeri. Kernyitan kesakitan di dahinya membuat siapapun iba melihatnya.

Sergio yang menopang tubuh Magnus seketika panik dan bingung harus melakukan apa. Sampai akhirnya Lerby datang tergesa dengan membawa tabung obat dan botol minum milik Magnus.

Mata Magnus terpejam erat membuat Sergio ketakutan. Ia melirik Pak Nazar dan Lerby dengan raut bingung. "I-ini jan-jantung-nya kam-kambuh apa serangan?" tanyanya terbata.

Pak Nazar mengecek nadi karotis Magnus yang ada di sekitar leher. Siswa lain sudah keluar ruangan memberi tempat untuk Magnus. Beliau langsung menyambar obat Magnus di tangan Lerby dan membantu Magnus meminumnya. Cowok itu terlalu panik sampai akhirnya merasa blank.

"Sa ...kit, Ser." Magnus tiba-tiba memeluk perut Sergio setelah berhasil menelan pilnya. Terdengar suara isakan yang teredam.

"Ke rumah sakit ya?" tawar Sergio.

"Eng ... nggak," jawab Magnus kesakitan.

Magnus memeluk erat perut Sergio ketika merasakan dadanya terjerat oleh benda dengan kuat. Desiran nyeri perlahan menyebar ke lengan dan punggungnya. Seolah ada yang meremas paksa jantungnya tanpa ampun.

"Arrgghh," rintih Magnus tertahan. Ia bisa merasakan seseorang yang berusaha memasangkan nasal kanula di hidungnya.

Sergio hanya bisa diam melihat tingkah Magnus. Melihat Magnus seperti ini membuatnya merasa bersalah. Perdebatan kecil antara dirinya dan Magnus tadi pastilah membuat efek buruk pada Magnus.

"Gue suruh Bang Al ke sini, Ser," celetuk Lerby tiba-tiba membuat Sergio menoleh. Ia hanya menanggapi dengan singkat dan kembali fokus pada pikirannya.

"Lerby! Gimana?"

Lerby terhenyak saat namanya dipanggil. Bersamaan dengan itu, sosok Al dengan kemeja lengan panjang dan jeans datang menampilkan raut panik.

Sergio tak bergerak saat Al berusaha mengambil alih tubuh Magnus. Ia mempehatikan Al yang menepuk pipi Magnus pelan sebelum melenggang dari tempat ini membuat kening Pak Nazar berkerut melihatnya.

"Dek, lo denger Abang kan?" Al sedikit mengeraskan tepukannya di pipi. Ia yang berencana mengunjungi Azalea mengurungkan niat saat tiba-tiba mendapat pesan dari Lerby tentang kondisi Magnus.

 
"Iya, di... em Bang... Sa... kit ini." Suara Magnus terdengar lirih. Tenggorokannya terasa tercekat kemudian berimbas pada saluran napasnya. Dadanya terasa nyeri tiap kali ia menarik napas.

Al nyengir. Jika saja kondisi Magnus tidak seperti ini jelas ia akan membuat kericuhan ala adik-kakak di sini.

"Tipe adik durhaka!" komentar Lerby membuat Al menahan tawa.

"Ada tensimeter, Ler?" tanya Al agar ia tidak tertawa.

Lerby langsung mencari dan menyodorkan benda itu pada Al saat menemukannya di tas pertolongan petama.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang