9. Mencoba dekat

938 83 156
                                    

Apa cuma gue cewek yang nggak bisa lepas dari mantan?

~Aloe Vera~

Happy reading

"Uang jajan lo gue potong, Dek," kata Al di pagi yang mengawali kembalinya Magnus mengenakan seragam sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uang jajan lo gue potong, Dek," kata Al di pagi yang mengawali kembalinya Magnus mengenakan seragam sekolah. Di dalam hati Al tertawa puas melihat raut wajah Magnus yang berubah. Ingat! Pertempuran belum usai.

Setelah merubah ekspresinya, Magnus tersenyum lebar. "Bodo amat, gue udah ambil tiga ratus ribu di laci lo kemarin," ujar Magnus santai.

Di tempatnya Al melongo, tidak menyangka adiknya akan bertindak lebih cepat darinya. Uang di laci adalah uang yang direncanakan akan digunakan jika sedang dalam keadaan gawat. "Dek, lo tahu kan apa fungsi uang itu."

Magnus mengangguk. "Iya tahu. Tenang, Bang ini cuma buat cadangan kalau lo nggak ngasih gue uang saku, ternyata bener. Hukuman lo udah ketebak, Bang."

Al menghela napas pelan. "Akhlak lo ke mana, Dek?" desis Al geram ingin sekali menjambak rambut ikal Magnus.

"Nggak tahu, lupa naroh," jawab Magnus terkesan malas.

"Dek," panggil Al pelan.

"Hm?"

"Lo kalau ngerasa aneh sama tubuh lo cepet bilang ya!" Entah bagaimana Al harus menceritakan kecurigaannya pada Magnus. Mengatakannya pada Magnus nyatanya lebih sulit daripada mengatakan pada Dokter Damar.

Magnus diam. Memikirkan sesuatu yang tiba-tiba terlintas di otaknya. Setelah bercanda lalu diajak berbicara serius malah membuat Magnus memikirkan hal aneh-aneh. "Ada yang lo curigain, Bang?"

Benar, Magnus mudah menebaknya. Pemilihan kata yang Al buat pasti kurang tepat hingga Magnus dengan mudah menebaknya. Menunggu lebih lama lagi bukanlah pilihan yang tepat. "Iya, tapi ya masih nggak tahu."

"Hah? Gimana? Gue nggak paham," bingung Magnus merasakan tidak dapat menagkap apa yang kakaknya katakan.

"Ah udah selesein makannya!"

Magnus menurut saja. Kembali memakan kentang kukus favoritnya. Berbeda dengan Al yang sedari tadi terus memikirkan keadaan Magnus ke depannya. Anak yang dipikirkan malah terus-terusan membuat ulah yang memperburuk paginya.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang