20. Pelengkap

723 81 109
                                    

Kehidupan itu kayak bumi yang berotasi. Terkadang berada di sisi terang  yang menandakan kita senang dan di sisi gelap menandakan kita harus berusaha, bukan sedih.

~Aloe Vera~

Happy reading

Sekolah digemparkan oleh siswa bernama Magnesium Zenith Nabastala yang kabarnya telah bertindak kurang ajar kepada seorang cewek bernama Oryza Sativa. Berita itu sudah meluas. Seluruh warga sekolah sudah mengetahuinya. Sebagian mencibir, sebagian lagi masih berusaha mencari kebenaran berita.

Di kelasnya, tatapan mencemooh Magnus dapati, meskipun ia hanya diam tanpa suara. Kedua temannya sibuk memikirkan cara membawa Magnus keluar dari masalah ini. Namun, seorang cewek yang sedari tadi memperhatikan Magnus, kini mulai berjalan mendekati Magnus.

Magnus memandang Vera sekilas sebelum kembali sibuk menenangkan diri. "Apa? Lo mau ngatain gue cowok nggak bener juga? Lebih baik lo pergi!" usir Magnus pada Vera yang baru saja duduk.

Vera tersenyum, begitu paham dengan suasana hati Magnus saat ini. Disalahkan atas perbuatan yang tidak pernah dilakukan memang sangat menyakitkan. Vera tahu, Magnus bisa mengontrol dirinya sendiri, tetapi tidak selamanya semua itu bisa dalam kendali. Bisa saja nantinya Magnus akan meluapkan semuanya ke hal yang tidak terduga.

Tangan Magnus yang ada di atas meja ia raih, kemudian digenggamnya. Rasanya masih sama seperti dulu, meskipun suasananya kini sudah berbeda.

"Dalam porsi makanan seimbang,  dibutuhkan makanan berlemak dan mengandung banyak zat gula sebagai pelengkap. Izinkan gue untuk jadi pelengkap itu, Mag." Vera menatap Magnus serius. Entah bagaimana cara memulai obrolan yang tepat. Selama ini selalu Magnus yang memulai obrolan.

Tangan Magnus yang ada di genggaman Vera mengepal. Jika saja statusnya dengan Vera masih pacar, mungkin Magnus akan lebih bisa tenang sekarang. Sedari tadi ada yang mengganjal dalam tubuh Magnus. Ingin ia mencari benda untuk dijadikan pelampiasan.

Magnus tidak tahu harus menenangkan diri sampai kapan. Sergio dan Lerby sudah banyak membantunya dengan mengatakan kebenarannya kepada penggosip sekolah, sayang semua itu bak angin berlalu. Semuanya lebih percaya kepada cewek itu.

Selain kedua sahabatnya, Vera adalah orang terdekatnya di sekolah yang bisa menenangkannya. Magnus mendongak, menatap Vera yang tersenyum manis di depannya. Keinginan itu sudah tidak bisa Magnus tahan lagi.

Vera terkejut saat Magnus tiba-tiba berdiri kemudian menariknya keluar dari bangku. Belum reda keterkejutannya tadi, ia harus siap dengan pelukan yang tiba-tiba. Pelukan yang erat. Tubuh Vera yang lebih kecil hanya bisa memantung berada di dalam pelukan Magnus sekarang.

"Ada ... apa?" tanyanya tergagap. Tubuh Vera dekat sekali dengan Magnus, membuat Vera merutuki jantungnya yang berdetak lebih cepat. Tangannya terasa kaku untuk membalas pelukan ini.

"Masih nyaman, Ver," lirih Magnus serak. Dalam usaha menenangkan dirinya, Magnus begitu kesusahan mengatur tangis dalam diamnya.

Lerby dan Sergio yang melihat itu hanya tersenyum. Kehidupan Magnus jauh dari hadirnya seorang wanita. Mungkin hanya Vera yang bisa memberikan rasa nyaman adanya seorang wanita itu. Melihat hal itu, membuat Sergio semakin ragu untuk mengutarakan hal yang mengganggu pikirannya.

Dapat Vera rasakan bagaimana kuatnya cengkeraman Magnus pada bahunya. Setidaknya itu lebih baik daripada Magnus malah melakukan hal tidak terduga lainnya. Di kelas ini hanya ada Lerby, Sergio, Magnus, dan dirinya. Vera membiarkan Magnus memeluknya sesuka hati setelah sekian lama.

Perlahan pelukan itu terlepas. Membuat Vera merasa kehilangan sesuatu yang membuatnya nyaman. "Lo percaya kan kalau gue nggak ngapa-ngapain Iva?"

Vera mengangguk. Jaraknya dan Magnus masih dekat saat ini. "Lo itu cowok hebat, Mag. Lo selalu hati-hati memperlakukan seorang cewek. Lo selalu menganggap cewek itu berlian yang wajib dijaga. Meskipun satu tahun lebih gue nggak ketemu lo, gue yakin lo tetep cowok keren yang nggak berani macem macem sama cewek," ucap Vera yakin. Ia mendongak sedikit dan langsung mendapati wajah Magnus yang sedikit basah.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang