2. Nasi goreng

1.9K 178 82
                                    

Masukin ke library kalian
ya

***



Tertawalah! Selagi tawa itu tidak membuatmu sesak napas.

~Magnesium Zenith Nabastala~

Happy reading

"Hei, apakah kalian sudah menjadi manusia?"

Magnus berdecak keheranan saat temannya yang baru datang itu menanyakan hal yang seharusnya tidak dipertanyakan. "Itu pertanyaan punya gue, Serra!"

"Serra kata lo? Nama gue itu Sergio. Masih kurang jelas? ARCHEALUS SERGIO ERMINA," ucapnya lantang. Cowok bernama Sergio ini melangkahkan kakinya menuju bangku di belakang Magnus.

Magnus menggoyangkan bahunya ke kanan dan ke kiri cepat entah apa maknanya. Raut bahagia juga nampak di wajahnya.

"Itu pertanyaan atau pertanyaan?"

Sebuah suara di samping Magnus membuat cowok itu menghentikan aksi tak bergunanya itu. Magnus menatap tak percaya jawaban baru itu.

"Wah, jawaban baru dari pertanyaan menjadi manusia," respon Magnus heboh.

Sergio memajukan tubuhnya. "Lo beneran gila duduk sama Mag. Eh ya tapi bener itu pertanyaan."

Cowok bernama Lerby Tiernar Addis itu menahan tawanya dengan tersenyum. "Oo pertanyaan, gue kira pertanyaan. Ternyata pertanyaan."

"Sedang memahami." Sergio sok berpikir.

"Gimana sih lo?" erang Magnus frustrasi, sampai mengacak rambut ikalnya yang sudah rapi.

Hanya sesaat, sebab rasa sesak di dadanya membuatnya lebih frustrasi daripada itu. Magnus mencengkeram pinggiran meja saat udara yang dihirupnya semakin sulit. Perlahan ia menyenderkan tubuhnya di senderan kursi. Bibirnya perlahan memucat seiring dengan napas beratnya yang membuat Lerby menoleh.

"Mag," panggil Lerby, panik.

Magnus masih tidak merespon. Napas berat dan cepat itu semakin terdengar jelas. Suasana kelas semakin ramai saja membuat suara Lerby hampir tertelan.

"Se--sak."

Hanya itu yang bisa Magnus ucapkan sebelum tubuhnya ambruk perlahan ke arah Lerby. Sergio yang melihatnya langsung melangkah ke depan. Terang saja Lerby langsung panik melihat itu. Ia mengguncang perlahan tubuh Magnus, tetapi tak ada respon sama sekali. Keringat sudah bercucuran hampir membasahi sebagian rambut Magnus. Mata Magnus tertutup rapat. "Mag!"

"Magnesium!" Sergio sampai berteriak karena tak kunjung mendapat respon.

"UKS, Bro!" Lerby melingkarkan sebelah tangan Magnus ke bahunya begitupula dengan Sergio yang melakukan hal sama di tangan Magnus yang lain.

Keduanya tak mengindahkan bel pelajaran pertama yang sudah berbunyi. Mereka tak peduli lagi dengan guru Fisika yang pastinya menghukum dengan banyak soal Fisika karena telah bolos di jam pertamanya. Nyawa Magnus lebih penting saat ini.

***

Shift paginya telah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu. Pasien wanita yang pingsan diduga telat makan datang begitu Al memulai Shift. Entah harus bersyukur atau mengeluh, nyatanya pasien itu membuat Al tidak beranjak juga dari brankar wanita ini.

Keluarga pasien belum datang dan bukan tanpa alasan Al tetap berdiri di sini. Meskipun belum ada lagi pasien masuk, Al sangat tidak mungkin berdiri di samping pasien ini jika pasien itu bukan orang penting baginya.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang