Bagaimana rasanya kehangatan itu, aku tidak prernah merasakannya. Apa nyaman?
~Magnesium Zenith Nabastala~
Happy reading
"Halo, kalian siapa? Boleh kenalan?"
Sergio dan Lerby menatap bingung ke arah Magnus. Masih pagi, tetapi Magnus sudah berulah. Sekarang Magnus layaknya anak baru yang ingin mengajak berteman. Sepertinya Magnus menjadi siswa yang datang paling akhir di kelas hari ini.
Semua akan terkejut di balik sikap receh Magnus, ia adalah seorang pemimpin Tardigrada.
"Hai, aku Magnus ganteng. Kamu siapa?" Magnus mengulurkan tangannya ke arah Lerby dengan lugu.
"Gila!" maki Lerby tidak paham dengan kelakuan Magnus hari ini.
"Oh, Gila. Hai salam kenal, Gila. Semoga kita bisa akrab ya?"
Sergio dan Lerby bergedik ngeri mendengarnya. Setan macam apa yang merasuki Magnus sekarang?
Tatapan Magnus beralih ke Sergio. "Yang nggak ganteng sama sekali ini siapa?"
"Anj!" sembur Sergio hendak mengumpat melihat tingkah Magnus yang tidak ada benar-benarnya.
"Lo kesambet apa woy!"
"Tau, gila lo, Mag. Kesambet orang-orangan sawah kali!"
Magnus menampilkan wajah memelasnya, kemudian duduk di kursinya. "Aku nggak kesambet dan jangan maki orang-orangan sawah," ujarnya lembut bak perempuan.
"Plis aku-kamu." Lerby bergidik ngeri.
"Emang kenapa sama orang sawah?" tanya Sergio penasaran.
"Kalau nggak ada dia, kita nggak makan nasi. Nggak ada yang ngusir pengganggu."
"Oh iya ya." Lerby membenarkan.
"Iya, bener." Sergio ikut-ikutan.
"Iya, Magnus selalu benar dan kalian selalu salah," ujar Magnus seketika membuat kedua temannya berlagak muntah.
Magnus tertawa setelahnya. Merasa terhibur sendiri dengan kalimatnya yang sama sekali tidak bagus itu. Tawa Magnus seakan menular dengan mudah ke temannya. Sergio dan Lerby tertawa untuk hal yang tidak mereka ketahui.
Meja ini tampak ramai meski kelas juga tak kalah ramai, berbeda dengan meja di seberang Magnus yang tampak menegangkan.
"Lo kenapa sih, Ver nggak bilang kalau Magnus mantan lo?"
Vera menatap Iva jengah. Ia sebenarnya malas meladeni Iva sekarang. "Karena lo udah nuduh Mag yang nggak-nggak, Sat!"
"Lo ngatain gue?!" bentak Iva dengan mata melotot. Kata di akhir itu jelas terdengar seperti umpatan.
Vera terkekeh. "Nggak tuh. Nama lo Sativa kan? Gue panggil lo Sat nggak masalah dong," cemooh Vera dengan tatapan meledek.
"Awas, lo Ver!" geram Iva mengepalkan tangannya.
"Nyesel gue temenan sama lo! Lo itu nggak lebih buruk dari cewek murahan, cewek sampah, manusia yang nggak pantes disebut cewek," hina Vera apa adanya.
"Jaga ucapan lo, ya!" Iva memperingati.
"Sebelum lo nyuruh, jaga dulu deh tubuh lo. Sekotor itu lo nggak pantes sembunyi di balik label cewek polos!" timpal Vera apa adanya.
Iva semakin geram dibuatnya. Giginya saling bergesek menahan amarah untuk tidak membuat keributan sekarang. "Lo juga cewek nggak berperasaan. Lo mutusin Mag tanpa sebab kan. Lo itu mainin Mag!" pekik Iva dengan suara keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAOBAB
أدب المراهقين(BROTHERSHIP/ROMANCE/HUMOR/SAD/SICKLIT) Apakah wajar jika cewek minta putus dulu? "Lo udah ngajari gue cara jatuh cinta, tapi kenapa lo nggak ngajari gue cara ngelupain dan ngebenci lo?" ~Magnesium Zenith Nabastala. Ini tentang Magnesium Zenith N...