32. Tardigrada (1)

722 71 3
                                    

Suara ayam jago berkokok membuat Magnus terbangun dari tidurnya. Entah berapa lama ia tertidur. Seingatnya ia merebahkan diri sore kemarin dengan sesak di dada yang menyiksa lalu Al datang memberinya bantuan melalui tabung oksigen.

Masker oksigen di wajahnya terasa mengganggu, membuatnya melepas benda itu dari sana sebelum mematikan aliran oksigen dari tabung. Saat melirik sofa, tubuh Lerby yang mengenakan salah satu jaketnya terlihat.

Perlahan Magnus bangkit dari kasurnya. Langkahnya ia bawa mendekati Lerby. Diraihnya gawai Lerby yang ada di ujung sofa. Ide iseng muncul begitu saja di benak Magnus.

Cowok yang sebenarnya masih sedikit kesulitan bernapas ini terkikik kecil ketika telah membuat alarm lima menit kemudian dengan nada yang tidak biasa. Ia berlari kecil kembali ke ranjangnya kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Dalam hati Magnus berhitung mundur menanti apa yang akan terjadi sebentar lagi. Merasa kembali sesak karena selimut juga menutupi wajahnya, Magnus membuka selimut kemudian memiringkan tubuhnya ke kanan agar kerja jantungnya tidak semakin berat.

"Banjir!"

"Banjir!"

"Banjir!"

Lerby terlonjak dari sofa. Ia langsung berdiri lalu berlarian tak tentu arah. Muka bantal dipadu raut panik membuatnya terlihat lucu. Membuat Magnus terkikik geli dalam tidur bohongannya.

"Mag, Mag bangun Mag cepet. Banjir ini. Cepet!" Lerby menggoyangkan tubuh Magnus kencang dengan suara hebohnya.

Seketika Magnus menegakkan tubuh dengan tawa menggelegar seakan lupa akan sesaknya. Ia menatap wajah datar Lerby dengan polos. Suara itu adalah bunyi alarm yang tadi di atur oleh Magnus menggunakan suara dari vidio banjir yang ia cari di sebuah aplikasi.

"Buakakaka. Ngakak tolong." Magnus masih tidak berhenti tertawa. Perutnya yang tadi berbunyi dipegangnya. "Perut gue sampai ikutan ketawa woy," ucapnya heboh.

Lerby menjadi kesal seketika. Ia menoyor pelan kepala Magnus sebelum beranjak pergi. "Abang lo jaga malem. Sergio jaga rumah. Gue disuruh jaga lo dan seketika gue nyesel," kata Lerby dengan nada dingin.

Lerby meraih gawainya kemudian melepas jaket milik Magnus dan membuangnya asal. Ia melangkahkan kaki cepat keluar dari kamar Magnus.

Jika bukan karena tanggung jawabnya telah menjadi salah satu penyebab Magnus seperti ini, jelas Lerby akan menolaknya. Siapa yang tidak kaget mendengar suara teriakan banjir yang keras itu. Padahal jika dipikir kamar Magnus ada di lantai dua yang bisa dipastikan aman jika terjadi banjir yang biasanya hanya sekitar 50 cm.

***

"Cepat, Dek!"

Pagi ini tepat pukul delapan. Para pengurus inti ekstrakurikuler telah memenuhi lapangan upacara. Baik dari kelas 12 maupun 11. Semua laki-laki dari ekstra ini dihadapkan langsung pada sinar matahari. Pengurus inti yang lambat, jelas bukan ciri khas Tardigrada.

Para senior akan memberikan hak urusnya kepada junior yaitu kelas 11, setelah mereka menjabat satu tahun lamanya. Para senior inti sudah ada di depan, dengan pengurus lain berjaga di samping dan belakang barisan junior.

Tardigrada berawal dari empat anak yang merasa dilecehkan setiap kali MHS dihina oleh sekolah lain. Empat anak ini tidak lain adalah pendiri Tardigrada, yaitu Tarno, Adi, Grajita, dan Daryo. Keempat laki-laki ini dipastikan sudah menua sekarang.

Harsa, Ketua geng angkatan 54 sudah berdiri dengan gagah di dekat tiang bendera. Di samping tiang bendera itu juga terdapat panji yang berdiri di  Badannya tinggi, tubuh sehat yang dipastikan rajin berolahraga, meski wajahnya tidak begitu putih. Namun, terlihat manis. Tubuh kekar itu tertutupi jaket tebal yang bagian atasnya juga menutupi kepala.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang