39. Perkelahian?

657 87 5
                                    

Sergio:
Ler, pikiran gw jadi bruk gini ya

Lerby:
Sama.
Jgn-jgn

Sergio:
Gak!
Plis Mag
Respon
Lo tdi lemes bgt kan plg dri stadion

Magnus:
Gmn ni


Sergio:
Asem!
Tai!

Lerby:
Banjir!
Telo!

Sergio:
Shit
Up!

Lerby:
Cokie!
Biba!

Sergio:
Encok!
Kampret!

Lerby:
Monyet!
Singa!
Kelinci!
Lo bsok bwa tabung oksigen ya

Sergio:
Gw udh di mobil plis

Lerby:
Gw malu nih udah izin sm keluarga besar
Ternyata lo
Parah lo Mag


Magnus tak lagi bisa menahan tawanya melihat reaksi teman-temannya. Ia ingin sekali tertawa terpingkal-pingkal sekarang. Namun, tidak lucu jika nanti ia ditemukan henti jantung karena tertawa berlebihan. Rasanya sangat tidak keren.

Sebagai pelampiasan, ia memukul-mukul meja belajarnya sambil menghentakkan kaki ke lantai.

Obrolan di grup itu tidak lagi berlangsung. Berakhir dengan kamarahan dan kekesalan kedua temannya, lalu berakhir.

"Sori kawan," ujar Magnus bermonolog.

"Gue cuma mau tahu reaksi kalian dan ternyata kalian sepeduli ini sama gue." Magnus mengangkat kepalanya, bersyukur.

"Terima kasih, Tuhan telah menghadirkan keduanya. Berikanlah mereka panjang umur. Tuhan." Magnus tersenyum. Mensyukuri apa yang ia miliki sekarang. Ia memang tidak mempunyai jantung yang sehat, tetapi Tuhan memberinya hal yang jauh sangat berharga untuknya.

Deringan panjang dari gawai Magnus menyita perhatian. Nama 'Tukang IGD' terpampang di sana. Jelas saja itu nama Al di kontak Magnus.

"Iya, Bang?" sapanya mengawali panggilan.

"Bercanda lo kelewatan." ujar Al dari seberang.

"Bang, gue cuma--"

"Apapun alasannya itu nggak dibenerin," potong Al di seberang sana cepat.

"Iya udah minta maaf," lirih Magnus tampak menyesal. Raut wajahnya berubah sendu.

"Apa nggak cukup dengan mereka selalu ada buat lo itu udah buktiin gimana setianya mereka?"

"Mereka nggak pernah ngeluh sama kondisi lo, Dek. Apa itu belum cukup dijadikan bukti?" Suara Al di seberang terdengar tenang. Namun, memilili arti yang dalam.

"Gue cuma nggak mau kehilangan mereka, Bang,"
racau Magnus. Kepalanya tertunduk sekarang.

"Dek, hampir 11 tahun mereka nggak pernah ninggalin lo. Dengan lo gini, itu malah bikin mereka kecewa. Cara lo kali ini jelas salah besar. Pikirin apa kesalahan lo!" Sambungan diputus oleh Al.

Magnus merenung di tempatnya. Bayangan wajah kecewa dari Sergio dan Lerby terlintas di otaknya. Setiap perbuatan memang harus dipikir terlebih dahulu apa akibatnya. Penyesalan tidak akan terjadi di awal.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang