38. Lama tidak berjumpa

591 71 2
                                    

Jangan lupa bintangnya guys

Terimakasih untuk yang masih mau baca sampai sini.

Spesial tahun baru. Yeyy.

Happy new year.

Happy reading

Sergio membuka aplikasi rahasianya. Mengutak-atik aplikasi itu sembari memasukkan nomor KTN. Matanya melebar saat membaca tulisan yang tertera pada layar.

"Tertutup rapat," gumamnya.

Sergio mengela napas lelah. Matanya mulai berair akibat terlalu lama memandangi layar laptop. Ia menarik rambutnya lelah. Selalu saja tidak membuahkan hasil.


"Bener-bener rapat. Bahkan satu info aja nggak dapet." Sergio menutup laptopnya.

"Gue harus apa?"

"Gue pengin bantu lo, Mag."

"Gue nggak mau lo terganggu sama ini."

Sergio memperhatikan isi kamarnya. Matanya mengedar ke setiap penjuru. Kamar yang luas dan fasilitas memadai ini sama sekali tidak berarti bagi Sergio, karena di dalamnya hampa. Sampai pada akhirnya Sergio menciptakan keramaian versi dirinya sendiri.

Cowok ini melangkahkan kakinya keluar kamar menuju dapur. Mengambil nasi kemudian menuangkan ke piring. Satu sendok penuh sambal tomat menemani makannya kali ini. Bukan karena tidak ada lauk lain, melainkan ini adalah pelarian Sergio saat lelah.

Kegiatan makan Sergio harus terhenti saat gawainya berbunyi. Ia meraihnya dan terkejut saat membaca pesan yang masuk.

Gerald:
Hai, lama nggak jumpa

Sergio menarik napas dalam. Orang ini, siswa yang satu SMP dengannya dulu dan saat kelas 9 kerap mencari masalah dengan Magnus. Persaingan dalam hal akademik menjadi pemicunya.

Sergio:
Mau lo apa? Selesaikan
secara laki-laki kalau mau

Gerald:
okey. Lapangan Perwira

Tanpa mempedulikan nasinya, Sergio bergegas pergi. Ia punya pelarian yang lebih bagus sekarang. Jadi tidak perlu makam nasi hanya dengan sambal.

Gerald terlihat berbeda sekarang. Sergio tidak pernah tahu di mana Gerald melanjutkan sekolah. Dia pengganggu, untuk apa mengurusi pengganggu?

"Hai, Bro," sapa Gerald menyeringai.

"Jadi apa tujuan lo ngajak gue ketemuan?" tanya Sergio tidak sabaran.

"Cuma ini." Gerald mengepalkan tangannya kemudian melayangkan satu bogem ke perut Sergio.

Seketika Sergio mengerang. Itu terlalu tiba-tiba. Punggung Sergio menunduk dengan tangan yang memegangi perut.

Gerald tersenyum miring melihatnya. Sedikit puas. "Itu untuk perbuatan keji kakek lo ke nenek gue."

Badan Sergio menegak. Ia menatap tajam lawan bicaranya. "Udah gue ingetin berkali-kali itu nggak ada hubungannya sama gue!" Telunjuk Sergio mengarah ke Gerald.

Gerald tertawa mendengarnya. "Bodoh ya gini. Lo nggak akan lahir kalau nggak ada kakek lo. Secara nggak langsung itu berhubungan," sanggah Gerald dengan senyum miringnya.

BAOBABTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang