Bab 11| Ciiee, Ada Yang Naksir!

243 39 0
                                    

Masih ingat dengan Mas Joko, adik ibu kosku yang bujang tua itu? Mas Joko akhir-akhir ini jadi bahan gunjinganku dan Anty. Apa pasal? Pasalnya sejak Tita ngekos di kosan kami berdua, aku perhatikan Mas Joko jadi sering salah tingkah. Ternyata Anty juga merasakan hal yang sama.

"Kamu nyadar ga kalo Mas Joko jadi aneh gitu sejak Tita ikut ngekos di sini?" Tanyaku membuka percakapan di suatu hari saat Tita pulang kampung ke Cilacap. Sudah jadi kebiasaan Tita pulang ke Cilacap seminggu sekali tiap Minggu pagi. Dia baru akan berangkat ke Purwokerto saat Senin paginya sekalian berangkat kuliah. Perjalanan dari Purwokerto ke Cilacap memang terbilang cukup singkat hanya sekitar 1-2 jam.

"Ih, kirain gue doang yang ngerasa gitu ternyata lo juga?" Anty menanggapi perkataanku dengan ekspresi yang agak sedikit berlebihan.

"Aku baru ngeh kemarin kemarin sih pas Mas Joko papasan sama Tita. Dia kayak salah tingkah gitu. Pas dipamitin sama Tita juga dia jadi agak gimana juga. Kenapa ya?"

"Mmm, ada kemungkinan ga sih kalo Mas Joko tuh naksir Tita?" Anty mencoba menebak.

"Hah?" Aku membelalak tak percaya, merasa janggal dengan dugaan Anty meski memang itu yang paling masuk akal untuk menjelaskan tingkah Mas Joko yang aneh belakangan ini. "Mana mungkin?"

"Tapi cuma itu yang masuk akal, Mir, di antara semua kemungkinan. Coba deh lo pikir alasan apa lagi yang bikin Mas Joko salting gitu kayak anak abege kalo bukan karena jatuh cinta?"

Aku bergidik. "Aku geli denger istilah kamu. Jatuh cinta."

"Iya yak. Gue najong banget sih." Anty tergelak sendiri mendengar istilahnya. "Tapi menurut lo, gue bener ga?"

"Mmm, ya bisa jadi sih. Tapi kalo beneran, ya ampun!" Aku geleng-geleng kepala.

Anty senyum-senyum sendiri. "Ya ampun kenapa?"

"Yah, ya ampun. Maksudnya usia Mas Joko sama Tita kan terpaut jauh. Kita baru mau sembilan belas loh, Ty! Masa iya dia naksir abege? Kayak om sama keponakan dong. Atau bahkan malah kayak pelaku pedofilia sama korbannya. Udah gitu, sorry to say nih ya, dia kan nganggur ya kali mau naksir mahasiswa."

"Ck ck ck," kali ini giliran Anty yang geleng-geleng kepala. "Lo mikirnya kejauhan deh, Mir. Parah malah. Gue yakin seratus persen pasti Tita juga ga bakal suka sama Mas Joko. Apalagi Mas Joko kan yang punya kosan. Secara ga langsung. Pasti ga enak lah. Dan gue berani taruhan Mas Joko juga ga bakal berani nembak Tita. Paling diem-diem suka aja gitu kayak lo sama Tsubasa."

"Eh, enak aja. Aku sama Tsubasa itu linear ya. Ga bisa dibandingkan." Aku protes tak terima.

"Linear linear apaan sih? Bahasa lo udah kayak guru Matematika. Pusing gue!" Anty bersungut-sungut sebal.

"Terus kamu mau bilang ke Tita ga masalah ini?" Tanyaku kemudian.

"Mmm." Anty nampak berpikir. "Ga penting-penting amat sih sebenernya nyeritain ini ke Tita. Ga bakal ngaruh ke hidupnya dia juga mau cerita apa nggak."

"Jadi-"

Anty mengedikkan bahu. "Menurut lo enaknya gimana?"

"Lah, malah balik nanya!"

Anty meringis. "Cerita juga ga papa sih biar Tita bisa bersikap baik tanpa harus dianggap sebagai lampu ijo sama Mas Joko."

Saat akhirnya kami punya kesempatan bercerita pada Tita, dia justru menanggapinya dengan santai.

"Ya udah sih biarin aja. Suka suka dia mau naksir apa gimana. Tapi ya amit-amit sih kalo dia jadi gimana gimana ke gue."

"Gimana gimana maksud lo?" Tanya Anty tak paham. Aku juga sebenarnya tapi belum sempat kuutarakan ketidakpahamanku, Anty sudah mendahului bertanya.

"Ya jadi aneh aneh yang- Lo ngerti maksud gue ga sih?" Tita malah balik bertanya alih-alih menjelaskan.

Aku dan Anty serempak menggeleng.

"Yah, jadi kayak obsesi gitu. Duh, gimana ya? Gue bukan bermaksud kepedean apa gimana. Tapi gue takut aja malah nantinya Mas Joko itu jadi ngapa-ngapain gue gitu."

"Oh," aku dan Anty kompak ber-oh ria.

"Itu juga dari dulu kita juga udah takut. Sejak tau kalo ada cowok yang tinggal di sini gue jadi waswas. Bokap gue juga marah. Tapi ya mau gimana lagi. Nyari kosan lagi kan butuh waktu. Sementara kita bertahan aja dulu." Anty menimpali.

"Eh, kita kok jadi suuzon sama orang sih ya? Padahal kan belum tentu orangnya begitu." Kataku mencoba bijak.

"Halah, biasanya juga lo yang paling nyinyir, Mir." Cibir Anty.

"Bukan suuzon, Mir, tapi lebih kepada waspada. Wajar kan orang defensif. Daripada kenapa-kenapa kan?" Sanggah Tita.

Aku mengangguk-angguk.

Hingga akhirnya dugaanku dan Anty soal Mas Joko yang naksir Tita terbukti ketika Tita diantar pulang oleh Bowo, anak Sastra Indonesia angkatan 2006 yang sedang dekat dengannya, suatu malam. Kulihat Mas Joko agak jutek pada Bowo saat Bowo pamit pulang dan kebetulan ada Mas Joko di depan rumah. Mas Joko juga akhirnya jadi tidak sesumringah dulu ketika melihat Tita sejak Tita semakin sering diantar jemput oleh Bowo. Tapi aku hanya menyimpannya dalam hati. Toh, sepertinya kasus jatuh cinta Mas Joko ke Tita sudah berakhir sejak hubungan Tita dengan Bowo dimulai.

***

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang