Bab 13| Secret Admirer

239 38 0
                                    

"Konnichi wa, Minna-san..." salam dari Yoshida sensei di pagi hari itu disambut koor balasan konnichi wa serempak dari kelasku. Miiku Yoshida sensei ini asli orang Jepang tapi sudah cukup lama menetap di Indonesia sehingga bahasa Indonesianya sudah cukup fasih meski logat bahasa Indonesianya masih bercampur dengan logat Jepangnya.

"Ogenkidesuka?" Tanya Yoshida sensei seperti biasa sebelum memulai kuliah bahasa Jepang.

"Hai, kenkōdesu." Jawab kami serempak lagi seperti sebuah kaset rusak yang selalu memutar rekaman yang sama setiap hari. Padahal di pojok sana ada Andri yang sedang menyusut hidung berkali-kali karena pilek, ada Bima yang sedang batuk-batuk, dan ada Abdi yang enggan melepas jaket karena meriang. 

"Subarashīdesu." Yoshida sensei tersenyum senang. "Hari ini saya mau membagikan nilai tes yang kita lakukan minggu lalu."

Kelas pun langsung berisik oleh riuh rendah suara teman-teman sekelasku.

"Ah, dan saya punya kejutan-" Yoshida sensei tak langsung menyelesaikan kalimatnya. Sengaja agar tampak misterius.

"Sensei to wa?" Tanya Amel, salah satu temanku yang memang jago bahasa Jepang.

"Saya akan memberikan hadiah berupa buku untuk kalian yang punya nilai paling tinggi di kelas." Yoshida sensei tampak bahagia saat teman-teman sekelasku menanggapinya dengan antusias.

"Saya punya 3 orang yang punya nilai tertinggi di kelas. Nah, nanti tiga orang itu silakan maju satu satu ke depan dan pilih hadiah yang disuka. Oke?"

"Hai!" Bak dikomando, teman-teman sekelasku yang biasanya barbar jadi patuh.

"Amel," panggil Yoshida sensei. "Amel dapat nilai 100." Seisi kelas memberi tepuk tangan meriah pada Amel karena berhasil mendapat nilai tertinggi di kelas dengan nilai 100. Tapi itu bukan sesuatu yang mengejutkan karena Amel memang langganan dapat nilai bagus di semua mata kuliah. Lagipula Amel memang pandai bahasa Jepang. Amel maju ke depan kelas dengan bangga sembari mengambil kertas tesnya dari tangan Yoshida sensei.

"Kamu mau pilih buku yang mana?" Yoshida sensei menjajarkan tiga buah buku di atas meja. Amel memilih satu: Bahasa Jepang Untuk Perjalanan Wisata.

"Pilihan bagus," puji Yoshida sensei. "Kamu mau liburan ke Jepang?"

"Insyaa Allah, Sensei, kalo sudah terkumpul uangnya," jawab Amel. 

Yoshida sensei tersenyum. "Ganbatte!"

"Arigatōgozaimashita," kata Amel lalu kembali ke kursinya.

"Shinta," panggil Yoshida sensei lagi. Seisi kelas kembali bertepuk tangan untuk Shinta yang berhasil mendapat nilai 98 dan menempati urutan kedua dalam perolehan nilai.

"Omedetō," kata Yoshida sensei sambil menyerahkan kertas tes milik Shinta.

"Kamu mau pilih buku yang mana?"

Setelah berpikir sejenak, Shinta akhirnya menjatuhkan pilihan pada buku berjudul Belajar Menulis Hiragana.

"Arigatōgozaimashita, Sensei." Shinta pun kembali ke kursinya setelah mengambil hadiahnya.

"Nah, sudah bisa menebak yang ketiga?"

Seisi kelas hening. Amel dan Shinta memang jagoan di kelas terutama kelas bahasa asing. Tak ada perkiraan lagi siapa yang bakal meraih peringkat ketiga karena stok mahasiswa yang pintarnya di atas rata-rata cuma mereka berdua. Sisanya hanya mahasiswa dengan kemampuan biasa saja.

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang