Bab 71| Cowok Kere Ke Laut Aje

158 24 0
                                    

Beberapa bulan pasca putus dari Radit, aku punya pacar baru. Namanya Igo. Dia teman Keenan, pacar Fanny. Yap, betul. Dia juga dari jurusan Administrasi Negara angkatan 2005. Aku kenal Igo juga berkat Keenan dan Fanny. Mereka getol sekali menjodoh-jodohkan Igo denganku sampai akhirnya Igo betulan menembakku dan aku menerimanya sebagai pacar.

Kalau kamu pernah dengar istilah the right man in the the right place Igo ini justru jadi the wrong man in the right time. Ga ada hubungannya ya. Emang. Tapi biar aku jelaskan perumpamaan di atas tadi. Igo adalah orang yang salah tapi, beruntung baginya, datang di saat yang tepat. Igo datang di saat aku sedang baru saja patah hati setelah dua setengah tahun menitip hati pada Radit yang tega menyakiti dengan berkhianat berkali-kali. Itulah sebabnya aku menerima Igo. Mungkin ada bagian dari diriku yang menjadikannya pelarian. Aku tahu aku mungkin salah tapi aku merasa ada beberapa sifat Igo yang memanfaatkan aku.

Hal itu bermula sejak aku diterima mengajar di sebuah lembaga. Aku harus mengajar di beberapa TK yang jauh letaknya dan aku bahkan tidak tahu ada daerah seperti itu di Purwokerto. Akupun meminta tolong pada Igo, yang merupakan orang asli Purwokerto, untuk mengantarkanku setiap hendak mengajar.  Sayangnya, Igo tidak punya motor sehingga aku harus mampir ke rumahnya dulu baru kemudian dia mengantar dan menjemputku. Karena merasa ribet, akhirnya aku merelakan motorku dibawa oleh Igo. Igo pun bisa bebas menggunakan motorku sesukanya selepas mengantar jemput aku ke tempat mengajar. Namun, apa yang dilakukan Igo justru membuatku jengkel setengah mati tapi terpaksa kutahan.

"Oh, kita mampir di pom bensin dulu ya?" Tanyaku begitu dia membelokkan motorku ke sebuah pom bensin. Dia mengangguk sebagai jawaban.

Kamipun mengantre. Tapi betapa kagetnya aku ketika pengisian bahan bakar selesai Igo justru berkata, "Mir, bayar dong."

Aku kaget. Kupikir Igo yang akan membayar pembelian bahan bakar karena motor lebih banyak dipakai olehnya daripada aku.

"Kok jadi aku?" Protesku.

"Kan ini motor kamu." Dia berdalih.

"Tapi kan motor ini lebih sering kamu yang make daripada aku. Aku kemarin udah beliin bensin ya seenggaknya gantian lah."

"Motor kamu boros, Mir, jadi ya wajar dong kalo sering beli bensin."

Aku nyaris tertawa karena menganggap alasannya terlalu mengada-ada. Iya, aku memang memakai Yamaha Mio yang cenderung boros pemakaian bahan bakar tapi andaikan Igo hanya memakainya sesekali pasti bahan bakarnya bisa dihemat. Aku ingin memprotes lebih lanjut tapi antrean motor di belakangku sudah mengular. Akhirnya aku mengalah dengan membayarnya. Aku terpaksa menghentikan perdebatan ini karena pasti orang-orang akan menganggap kami pasangan yang aneh. Bensin saja perhitungan.

Tidak. Itu belum seberapa. Meski kejadian tadi membuatku kesal tapi ada kejadian lain yang membuatku jengkel. Kejadiannya terjadi saat bulan puasa. Igo beragama Kristen sehingga dia tidak berpuasa selama Ramadan. Yang jadi masalah dia seolah tidak menghargai aku sebagai muslim yang berkewajiban puasa. Dia pernah memintaku membelikannya nasi padang di siang hari saat matahari sedang terik-teriknya.

"Kenapa bukan kamu aja yang beli? Kan kamu yang mau makan? Aku kan lagi puasa. Panas-panas gini ya males mau keluar." Begitu alasanku.

"Kan kamu yang cewek, Mir, yang melayani cowok." Kilahnya.

Aku tertawa. "Emang kamu siapaku?"

"Pacar."

"Kamu cari pembantu aja kalo gitu. Nyuruh-nyuruh kok ga tau aturan."

"Ga ah. Kalo aku yang beli nanti aku dicurigai ga puasa."

"Lah kan emang ga puasa, Paijoooo."

Adapun kejadian menyebalkan lain saat puasa di tahun yang sama. Aku sudah berkata pada Igo untuk menjemputku sebelum buka puasa karena aku hendak membeli makanan untuk berbuka puasa. Igo juga sudah menyanggupinya jadi aku merasa tenang. Namun, hingga azan magrib menjelang, batang hidung Igo belum nampak juga.

Balada Mahasiswa: F R N D S (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang