"Kenapa sih?" Jihyo risih sedari tadi Yoongi menatapnya dengan tatapan aneh dan mencurigakan. Mereka saat ini tengah makan malam diresto favorit Jihyo setelah pulang dari Bighit.
"Kau yang kenapa? Kenapa tadi bertanya tentang Suran pada Namjoon?" Yoongi ternyata masih penasaran dengan hal itu, Jihyo memang belum cerita selengkapnya pada Yoongi.
"Ahhh itu, tidak apa-apa, hanya penasaran saja." Jihyo cuek, dia tetap santai melanjutkan makannya.
"Bohong kan? Jangan menyimpan apapun dariku Hyo, aku tidak mau kalau--"
"Hanya masalah biasa Yoon, bukan hal yang penting. Aku bisa mengatasi sendiri." Jihyo memotong ucapan Yoongi, dia ingin menyakinkan Yoongi bahwa dia baik-baik saja.
"Tapi jangan tiba-tiba marah dan membuatku bingung ya Hyo, aku tidak mau kau bersikap seperti itu dan membuatku harus memutar otak, dan aku sangat tidak mau kalau kau marah dan meminta putus atau sejenisnya." Yoongi sudah memberi ultimatum pada Jihyo.
"Itu bisa diatur." Jawab Jihyo santai.
"Hyo." Yoongi memperingatkan Jihyo.
"Iya iya astaga. Sudahlah, Suran itu bukan apa-apa buatku, dia bukan tandinganku, aku tidak akan pernah takut padanya." Ucap Jihyo sangat percaya diri.
Yoongi mengangguk paham, yang terpenting Jihyo sudah bisa memawas diri dan tahu cara menyikapi Suran.
"Kau jadi bertemu Momo?" Tanya Yoongi mengalihkan pembicaraan.
"Belum, dia masih sibuk dengan yang lain dan belum ada waktu untukku."
"Dia masih di Jepang?"
"Tidak, dia sedang di Korea kok. Dia kan mau menikah disini." Jawab Jihyo.
"Ooh jadi menikah yah?"
"Ya menurutmu? Undangan sudah dicetak Yoon. Jangan konyol."
"Siapa yang konyol, kan aku hanya tanya." Yoongi tak mau salah.
"Terserah kau sajalah." Jihyo lelah menanggapi Yoongi.
"Lalu kau kapan mau menikah?" Pancing Yoongi.
"Siapa? Aku? Mau menikah dengan siapa memangnya?" Jihyo ikut memancing.
"Ya yang mau denganmu. Memangnya tidak ada yang mau denganmu? Pasti tidak ada kan? Kau kan manja dan menyebalkan." Ledek Yoongi.
"Lihatlah siapa yang bicara! Kau yang menyebalkan Min Yoongi!" Kesal Jihyo, Yoongi tersenyum puas, Yoongi merapatkan duduk nya pada Jihyo lalu merangkul pinggang Jihyo, kepalanya dia sandarkan pada pundak Jihyo dengan manjanya.
"Ayo menikah, kalau kau mau aku bisa menikahimu saat ini juga." Lirih Yoongi.
"Aku dapat apa kalau aku menikah denganmu." Ledek Jihyo.
"Kau mau apa sih heum? Ayo bilang saja." Sombong Yoongi.
"Kau mau apa? Katakan. Aku bisa membelikan semuanya untukmu? Kau mau agensi? Besok aku buatkan, kau mau pulau, aku belikan, katakan saja." Sombong Yoongi makin menjadi. Jihyo tersenyum geli mendengar kesombongan Yoongi.
"Kau mau apa?" Tanya Yoongi lagi, dia memanandang Jihyo lekat, Yoongi belum puas kalau Jihyo belum menjawab.
"Aku hanya mau kau setia dan selalu sabar denganku. Itu saja." Ucapan Jihyo membuat Yoongi tertegun.
"Materi memang penting, aku juga tidak munafik untuk hal itu, tapi yang lebih aku perhitungkan adalah kedewasaan. Aku hanya ingin menikah satu kali seumur hidupku. Aku tidak mau ada kata perpisahan dalam pernikahanku." Imbuh Jihyo.
