"Jihyo mana eomma?" Tanya Yoongi yang baru saja pulang dari Bighit.
"Di kamar sepertinya sudah tidur, kau banyak kerjaan di Bighit? Kenapa baru pulang? Seharian Jihyo murung, eomma jadi tidak tega." Curhat eomma Yoongi.
"Iya eomma, ini juga harusnya belum pulang, tapi takut Jihyo makin marah."
"Ya sudah tidak apa, kau sudah makan?"
"Sudah tadi di Bighit, eomma dan Jihyo sudah makan?"
"Sudah tadi. Ah iya Yoon, jadi kau kapan mau mengumumkan ini semua, tadi appamu bertanya, kita juga tidak baik menyembunyikan ini, takutnya keluarga Jihyo berpikir yang tidak-tidak." Yoongi termenung mendengar ucapan eommanya.
"Sedang Yoongi pikirkan, eomma. Yoongi akan berbicara dulu dengan Jihyo, aku tidak mau memaksa dia." Jawab Yoongi.
"Segeralah dibicarakan, kandungan Jihyo juga pasti semakin hari semakin besar. Ah iya lusa jadi pergi kedokter kan?" Yoongi mengangguk mengiyakan.
"Luangkan waktumu untuk Jihyo, dia resah kalau kau tidak didekatnya Yoon."
"Eomma dulu begitu? Jihyo parah sekali eomma, dia jadi manja seperti anak kecil, sensitif sekali dan semakin mudah marah." Ny. Min terkekeh mendengar aduan anaknya.
"Orang hamil memang begitu Yoon, salah sendiri kau buat Jihyo hamil." Yoongi memutar bola matanya malas.
"Kelepasan eomma." Respon Yoongi.
"Tapi tidak apa-apa, kalian juga sudah pantas memiliki anak. Eomma pikir kau akan menikah dengan komputer dan pianomu itu Yoon." Ledek ny. Min.
"Ya sudah sana mandi, kau besok tidak pergi kan?" Yoongi menggeleng.
"Baguslah, temani Jihyo saja dirumah."
Yoongi masuk kedalam kamar Jihyo setelah memeluk dan mencium eommanya serta mengucapkan selamat malam.
Yoongi mendekat dan duduk pada sisi Jihyo yang sedang tertidur lelap, Yoongi meletakan tangannya pelan diperut Jihyo.
"Hallo jagoan appa, bagaimana hari ini? kau baik? Tidak menyusahkan eommamu kan? Kau jangan nakal kalau appa sedang bekerja, jaga eommamu untuk appa. Hari ini eommamu marah-marah dengan appa, tenang saja itu sudah biasa jadi kau tidak perlu kaget yah, kalau kau sudah lahir nanti kau juga harus siap menghadapi eommamu yang galak, tapi sebenarnya eommamu itu baik sayang, dia wanita yang hebat yang pernah appa kenal, appa bisa gila kalau kehilangan eommamu. Kau baik-baik didalam sana, bilang pada eommamu agar jangan marah terus pada appa, appa jadi tidak fokus bekerja, kau dipihak appa kan? Bagus, kau memang harus dipihak appa, tidurlah maaf appa mengganggumu."
Yoongi mendekatkan wajahnya diperut Jihyo lalu menciumnya.
"Appa sangat menyayangimu." Lirih Yoongi.
Yoongi lalu memandang Jihyo, diciumnya kening Jihyo dengan pelan dan lembut agar Jihyo tidak terbangun.
"Aku juga sangat menyayangimu sayang. Kalian kebahagaianku." Bisik Yoongi.
Yoongi pergi untuk membersihkan dirinya, dan perlahan Jihyo membuka matanya serta mengelus lembut perutnya.
"Kau dengarkan kan nak? Appa menyayangi kita, eomma jadi merasa bersalah karena seharian ini terus memarahi appamu, eomma harus minta maaf yah? Tapi eomma gengsi sayang."
Jihyo ikut berbicara dengan anaknya, sebenarnya Jihyo belum tidur, dia hanya pura-pura tidur tadi, dia terharu mendengar percakapan konyol Yoongi dengan anak yang sedang dikandungannya. Tak bisa dipungkiri, Jihyo sangat menantikan kelahiran anaknya itu, dia membayangkan bagaimana lucunya nanti kalau Yoongi dan anaknya sedang berinteraksi, rumah tidak akan sepi lagi kalau anaknya sudah pandai bicara, dia tidak akan mau kalah dengan appanya, sungguh Jihyo tidak sabar untuk itu.
