SELAMAT MEMBACA!
~GITAR, AKU MALU!
***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ARAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.SELALU TINGGALKAN JEJAK, DUNG!
***
Diva berjalan dengan menggerutu kesal kepada kakaknya yang berada di sebrang telpon. bagaimana tidak, ini sudah jam pulang sekolah dan ia sudah sampai di halte, tetapi tiba-tiba kakaknya menelpon menyuruhnya untuk mengambilkan gitarnya yang tertinggal di ruang musik sekolah.
Diva menghentak-hentakan kakinya berjalan dengan terpaksa. Toh, sekarang juga koridor sedang sepi, mungkin karena siswa-siswi sudah pulang. Jadi, tidak akan ada yang melihatnya
Ia menatap pintu bercat putih di depannya dengan tulisan 'ruang musik' yang tertera di atasnya. Gadis itu segera mengetuk pintu sebelum masuk, merasa tidak ada jawaban dari dalam ruangan, ia mendorong knop pintu hingga terdengar suara decitan.
Ia melangkahkan kaki masuk ke dalam, kemudian secara refleks kakinya berhenti mendadak saat pandangan matanya bertabrakan dengan mata Davian, ia beralih menatap Zarel saat Zarel bersiul bermaksud menggodanya kemudian ia beralih menatap sekitaran ada dua orang cowok yang tertawa karena mendengar godaan Zarel.
Diva meneguk salivanya dengan susah payah, gugup karena dilihatin oleh empat cogan sekaligus yang sepertinya menunggu kalimat yang akan keluar dari mulutnya. "Permisi,"
"Ada apa?" tanya Davian dengan tersenyum manis.
"Ma-mau ambil gitarnya kak Gibran," mungkin efek disenyumin Davian, Diva menjadi gugup.
"Oh, punya Gibran?" tanya Zarel dengan menunjukan gitar berwarna biru yang ia pegang.
"iya."
Zarel berdiri dari duduknya, kemudian menghampiri Diva yang masih tetap setia berdiri diambang pintu seperti orang linglung. Ia ingin menyerahkan gitar itu, tetapi ia teringat sesuatu hingga membuatnya memajukan kepalanya agar lebih jelas melihat wajah Diva. Sedangkan Diva berusaha menjauhkan wajahnya dari wajah Zarel. Zarel tersenyum jahil melihat reaksi Diva. Ia semakin memajukan tubuhnya hingga hidung mereka hampir bersentuhan.
Sedangkan ketiga cowok yang menyaksikan itu menegakkan tubuhnya menyaksikan adegan selanjutnya. Cowok blasteran itu melihat rambut Diva yang terurai panjang kemudian ia meniupnya hingga membuat helaian rambut itu berterbangan.
"Enggak usah ge-er. Gue enggak akan cium lo sebelum sah, kok." jelas mendengar perkataan lantang dari Zarel membuat pipi Diva bersemu merah karena blushing.
"Lo—bukannya cewek gendut yang di halte beberapa hari lalu, kan?" warna merah di pipi Diva bukan lagi karena ia tersipu akan ucapan Zarel yang menggodanya melainkan karena ucapan Zarel yang menyentil harga dirinya di depan Davian dan teman-temannya.
"Eh, bukan gendut tapi gemuk lebih tepatnya." imbuh Zarel dengan tersenyum tanpa dosanya.
Karena tak tahan akan ucapan yang terlontar dari mulut manis Zarel, Diva mengambil gitar itu dari tangan Zarel kemudian ngibrit lari dengan mengucapkan kata. "Terimakasih gitarnya, kak!" sekeras-kerasnya.
"Ada-ada aja lo, Rel. kalau nangis gimana," ucap Axel dengan menggelengkan kepalanya.
"Anggap aja hiburan karena habis belajar matematika tadi." dengan santainya ia berucap kemudian merebahkan diri di kursi panjang yang tersedia di ruang musik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FAT GIRL [Completed]
Teen FictionNadiva adalah gadis yang tak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa 'cinta tak memandang fisik' bahwa 'cinta itu buta' nyatanya itu semua adalah kebohongan yang dianggap kebenaran oleh semua orang. Dengan itu, Nadiva sibuk mencari apa kelebiha...