SELAMAT MEMBACA!
~DIAM-DIAM PERHATIAN
***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.
HOY, HOY JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTAR!
***
Kaki Zarel baru saja menapak di depan pintu apartemennya tetapi hawa sepi dan dingin dari apartemennya langsung menguar. Dirinya menghela napas, malas sekali sore hari ini harus di apartemen seorang diri pastinya ia akan merasa bosan.
Sepertinya ia harus keluar lagi padahal belum saja ia memasuki apartemennya.
Sekarang cowok berjaket levis itu sedang menggaruk alis garisnya menandakan bahwa ia sedang bingung. Ia bingung ingin pergi kemana karena pasti jam segini Davian sedang berada di gedung cendrawasih musik, memperdalami ilmu musiknya.
Dirinya tak punya tujuan.
Sepertinya ia melupakan satu hal. Ya, Gadis gendut itu. Bukan teman tapi gadis itu cukup untuk menemaninya sore ini, lagi pula perutnya sudah minta diisi sedari tadi dan sangat tepat pula di apartemennya tak ada secuil pun makanan.
Lantas Zarel pun merogoh saku jaketnya mencari keberadaan ponsel kesayangannya. Sudah menemukan lantas ia mengetikan pesan untuk gadis gendut bermata bulat dengan pipi yang menggemaskan itu, tidak. pipinya hanya tembam bukan menggemaskan.
Cowok itu tersenyum tipis mengingat bagaimana cara ia meminta nomer ponsel gadis itu, hanya dengan alasan klise.
"Nomer lo berapa?" tanya Zarel tak santai. Sungguh ia tak pandai untuk sekedar berkata-kata.
"Nomer apa kak?"
"Nomer hp lo. Jangan mikir yang aneh-aneh ini cuma buat perantara gue hubungin lo untuk latihan."
"Ooh iya kak. Kalau gitu sini hp kakak,"
Lalu saat itu dengan mudahnya Zarel mendapatkan nomer hp gadis itu, hanya dengan alasan klise padahal ia sedang modus.
Temenin gue makan! Lima belas menit lagi gue jemput.
Send.
Ia tersenyum tipis.
***
"Hayo loh! Ketahuan kan kalau pacaran." Heboh Gibran ketika mendapati pesan masuk dari ponsel adiknya yang mengajak makan bersama.
"Gue aduin bunda ya pul, udah berani-berani main pacaran." Kompor Gibran.
"Apaan sih kak, orang kakak juga pacaran." Bela Diva tak terima dirinya yang akan dilaporkan pada bunda.
"Nah beneran berarti pacaran. Gue laporin lo!"
Diva menggelengkan kepalanya seraya memutar bola mata malas. Ancaman kakaknya sungguh tak bermutu, lagian kan dirinya hanya mendapati pesan dari Zarel yang meminta untuk di temani makan bukannya kencan.
Sejujurnya Diva ingin menghindar dari Zarel, bukan apa-apa ia hanya merasa pasti jika mereka bertemu akan terasa canggung karena kejadian kemarin. Tapi mau bagaimana lagi mungkin ini cara Diva untuk berterimakasih karena cowok itu telah berbaik hari padanya dengan mengajari bermain basket.
"Bun! Bunda Diva bund!"
Diva membulatkan matanya tak percaya, kakaknya ini sungguhan ternyata.
"Kak, apaan sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FAT GIRL [Completed]
Teen FictionNadiva adalah gadis yang tak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa 'cinta tak memandang fisik' bahwa 'cinta itu buta' nyatanya itu semua adalah kebohongan yang dianggap kebenaran oleh semua orang. Dengan itu, Nadiva sibuk mencari apa kelebiha...