Epilog

1.9K 97 17
                                    

SELAMAT MEMBACA!

~EPILOG

***

CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.

VOTE DAN KOMENTAR NYA DONG UNTUK LAST PART HEHE

*

**

Semuanya telah selesai. Masalah telah terselesaikan. Sekarang, saatnya mereka membuka lembaran baru, seperti Zarel yang akan kembali lagi tinggal bersama ayahnya.

Zarel akan membantu ayahnya untuk coba mengikhlaskan Aksen. Selama ini Zarel kurang perhatian pada ayahnya, sehingga ayahnya nekat berbuat demikian.

Ayahnya sedang merasa kehilangan, dan pria paruh baya itu tak mau kehilangan lagi. Oleh karena itu, Wangsa menyuruh Zarel agar tetap tinggal di rumah dan meneruskan bisnisnya sebagai bentuk penahan bahwa Zarel memiliki tanggung jawab yang besar. Sehingga, cowok itu tak akan pergi lagi dari rumah.

Wangsa sendiri juga sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan menekan Zarel seperti apa yang dilakukannya dulu pada Aksen.

Ia tak mau kejadian seperti dulu terulang kembali.

Hari ini, Zarel mengajak Diva dan Ames bermain di taman. Mereka harus menghirup udara segar sebelum kembali lagi menjaga Angel yang belum diperbolehkan pulang.

Yang masih duduk di rerumputan Zarel dan Diva sedangkan Ames sedang bermain balon-balon yang masih dapat dijangkau oleh pandangan Zarel dan Diva.

"Ekhm,"

Diva memgernyit. Perasaannya mereka sedang tak memakan apa-apa juga tak sedang minum, Lalu kenapa Zarel tersedak.

"Kakak haus?"

"Gak,"

"Terus? Kakak lapar ya, mau makan?"

"Gak juga."

"Oh, yaudah." Diva tampak cuek. Gadis itu masih asyik menikmati angin yang menerpa kulit halusnya.

Zarel mendelik kesal. Ini salah satu hal yang tak disukainya saat Diva tak peka, hanya bersifat cuek.

"Gue mau bilang sesuatu,"

Diva menahan senyumnya. Bahkan, gadis gendut itu sedari tadi sudah menahan senyumnya saat ekor matanya menangkap delikan Zarel.

"Kakak mau bilang apa?"

Cowok beranting itu menarik nafasnya sejenak. "Gue mau ulangin pernyataan cinta gue yang waktu dulu,"

"Waktu dulu?"

"Iya."

Kini raut wajah Zarel berubah serius. Cowok itu mengamit jemari gemuk Diva kemudian menggenggamnya.

"Gue mau romantis. Jangan diketawain." Ancam Zarel.

Diva menghentikan senyumanya, dirinya ikut berubah serius kali ini.

"Diva,"

"Iya?"

"Gue cinta sama lo, benar-benar cinta. Jangan raguin itu. Dan gue enggak pernah main-main soal perasaan, tolong jaga hati dan kepercayaan gue ya,"

Diva mengangguk pelan. Tubuhnya panas dingin seketika mendengar kalimat Zarel.

"Gue mau nembak lo lagi, kali ini nembak yang benar-benar nembak."

Pipi Diva bersemu. Duh, badannya gemetaran. Tidak akan ada perempuan yang kuat saat seorang cowok mengatakan akan menembaknya tepat di depan mata. Diva yakin pasti mereka akan sama sepertinya. Gugup, deg-degan, serasa nge-fly.

"Ka-"

"Ssttt.." telunjuk Zarel menempel tepat di bibir pink Diva.

"Gue suka sama lo udah cukup lama asal lo tahu, gue nembak lo dengan cara yang aneh waktu itu karena gue takut lo nolak gue. Jadi, sekarang gue mau ulangi itu lagi biar benar-benar berasa nembak orang yang di suka."

Diva hanya mampu menelan salivanya.

"Gue, gue mau lo jadi ummi dari anak-anak gue kelak. Harus mau!"

Mata gadis itu mengerjab-ngerjab. Ini Zarel menembak atau memaksa, sih?

"Gue ngomong gitu karena takut lo tolak."

Diva nyaris menyemburkan tawanya jika saja tak ingat bahwa Zarel masih memasang tampang seriusnya.

"Aku gak akan pernah nolak kakak. Jadi, kakak tenang aja."

Zarel tersenyum lebar. Dengan satu kali tarikan badan Diva berada di pelukan Zarel.

"Asal lo tahu, tadi itu tersirat akan lamaran." Bisik Zarel tekekeh.

Zarel benar-benar!

Diva memukul bahu cowok itu.

Setelahnya Diva membalas pelukan Zarel dengan tersenyum manis.

Hidupnya terasa menyenangkan. Banyak hal yang sudah terjadi, baik, buruk, sedih, gembira membuat kisah hidup Diva semakin bewarna.

Kini, Diva percaya bahwa 'cinta memang tak memandang fisik' dan bahwa 'cinta itu buta' memang benar. Harusnya ia mempercayai pepatah itu sedari dulu. Sekarang ia sudah tak meragukan pepatah itu lagi.

Buat kalian yang memiliki porsi badan seperti Diva jangan khawatir, karena masih banyak yang menyayangi kalian, masih banyak yang akan menunggu kalian, seperti diri kalian sendiri dan...

Jodoh kalian.

Semangat buat kalian!

"Ummi!"

Ya, cinta membutakan mereka hingga membuat mereka tak tahu tempat dan situasi.

~END~

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA SAMPAI DISINI, KALIAN HEBAT!!!

JANGAN LUPA FOLLOW!

SAMPAI JUMPA DI CERITAKU LAINYA~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SAMPAI JUMPA DI CERITAKU LAINYA~

LOVE YOU FAT GIRL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang