14. Diva Egois

614 71 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!

~DIVA EGOIS

***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.

VOTE DAN KOMENTARNYA QAQA:)

***

"Diva!" panggilan dari Melody dengan mengguncangkan bahu Diva membawa gadis itu kembali kepada kenyataan. Dirinya mengerjapkan matanya berulang kali memastikan pengelihatanya benar.

Setelah itu, ia menarik tangan Aher membawanya segera menjauh dari Melody.

"Diva! Dengerin kakak dulu,"

"Diva kamu enggak bisa nyimpulin dengan sendirinya,"

"Diva please berhenti!"

Dengan kasar Diva membalikan badanya. Dadanya naik turun mengatur napasnya yang memburu, tanganya terkepal. Sungguh, ia tak suka dengan cara Melody, gadis itu sudah melukai perasaan kakaknya bahkan dirinya pun merasa terluka.
"Kalau aku gak mau berhenti kenapa kak?" tantangnya.

"Kakak mau ngadu sama siapa? Sama kak Gibran? Kak Gibran aja mungkin gak mau ketemu sama kakak, lagi." suara Diva memelan pada saat kata terakhir keluar dari mulutnya, ia masih mempunyai belas kasih melihat wajah Melody dengan keringat di pelipis gadis itu.

"Diva come on,"

"Kenapa? Kakak mau bilang ini enggak seperti yang aku lihat. Aku lihat kak, pakek mata!" Diva tersulut emosi.

"Diva kamu tega giniin kakak tanpa tahu kebenarannya," tuding Melody. Ia merasa bersalah telah mengeluarkan kalimat yang tak seharusnya tak dikeluarkan pada Davian, Ia takut jika nanti Gibran akan membencinya tapi di satu sisi ia merasa seperti di pojokkan dan disalahkan.

"Aku lebih takut kakak aku yang terluka dari pada kakak." Tegas Diva selepas itu ia menarik kasar tangan Aher membiarkan Aher mengikutinya dengan susah payah.

Sedangkan Melody gadis itu menghembuskan napasnya kasar. Dirinya tak suka di pojokkan, tetapi ia memang harus mengakui kesalahnya kali ini, tak baik mengulur waktu.

***

"Jelasin!"

"Jelasin ke mereka Vian!" bentak Melody. Ia lelah, sebenarnya perlombaan sudah usai sedari tadi dan rombongan SMA Galaksi sudah pulang sedari tadi. Sedangkan Melody, gadis itu masih berada di ruang musik bersama Davian meminta Davian agar menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan mungkin sebentar lagi siswa-siswi HSC akan pulang.

"Aku gak salah, Mel."

Davian menatap Melody, cowok itu memegang pundak Melody berharap bisa meredakan amarah dari Melody. "Kamu yang bilang, bukan aku. Aku gak salah,"

"Ini ada kaitannya sama kamu, Vian! Ini gak sesuai dengan kenyataan, kamu mau mereka beramsumsi yang enggak-enggak." Davian tersenyum kecut bahkan ia tertawa seakan mengejek kebodohan Melody.

Cowok itu menarik napasnya, lalu berucap. "Kalau aku yang jelasin justru mereka beramsumsi yang enggak-enggak."

"Aku juga gak masalah kalau mereka beramsumsi yang enggak-enggak. Apa kamu enggak menghargai perasaan aku ini?" tanya Davian. Ia menepuk pundak Melody.

"Davian! Aku lebih menghargai kak Gibran yang salah paham dari pada kamu," balas Melody sengit, ia tak suka dengan kalimat yang dilontarkan oleh Davian. Davian memintanya menghargai perasaanya lantas bagaimana perasaan Gibran jika mengetahui itu.

LOVE YOU FAT GIRL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang