38. Bunuh Dia

683 71 0
                                    

SELAMAT MEMBACA!

~BUNUH DIA

***

CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.

VOTENYA ANAK BAIK?

***


BRAKK.

Semua terbukti!

Semuanya telah terbukti. Wangsa memandang tak percaya pada kertas-kertas di meja kerjanya.

Kertas-kertas itu memberikan bukti bahwa Aksen adalah ayah kandung dari Ames. Hari ini, orang suruhannya berhasil mengumpulkan bukti secara akurat tentang latar belakang bayi yang memanggil Zarel dengan sebutan ayah itu.

Dan hari ini pula Wangsa seakan tertampar oleh kenyataan yang ada. Wangsa kecewa dengan Aksen, putra sulungnya telah membuatnya kecewa padahal putra sulungnya itu telah tiada, tetapi hasil dari perbuatanya sudah cukup membuatnya kecewa.

Wangsa sekarang telah membuka matanya, bahwa Aksen tak selalu benar.

Pria paruh baya itu menjambak rambutnya ke belakang. Dadanya mulai sesak, dan kepalanya terasa sangat pening.

Jadi, apa yang selama ini dikatakan oleh Zarel memang benar adanya. Kenyataan itu membuatnya malu.

Wangsa mengepalkan tanganya marah.

"Pak Wangsa anda baik-baik saja?" tanya Bandi—orang suruhan Wangsa.

"Diam!"

Kepala Wangsa serasa mendidih. Ia membenci bayi dan ibu dari bayi itu, Karenanya Aksen menjadi brengsek!

Tetapi untuk saat ini Wangsa tak bisa menyingkirkan bayi itu dan ibunya, karena dirinya masih membutuhkan bayi itu.

Ya, dirinya hanya membutuhkan bayi itu tidak untuk ibunya.

Ia akan memanfaatkan bayi itu agar Zarel mau pulang ke rumah dan menlajutkan pekerjaanya sebagai penerus perusahaan. Karena dari pengamatan Wangsa, Zarel begitu menyayangi bayi itu.

Ia memasang senyum smirk.

"Atur waktu saya untuk bertemu dengan ibu dari bayi itu!" perintah Wangsa mampu membuat Bandi menunduk hormat.

***

Senyum Zarel tak pernah luntur saat pihak sekolah menerima penjelasan dari Nadia. Nadia telah menjelaskan semuanya pada pihak sekolah sehingga masalah Zarel dapat terselesaikan, membuat senyum selalu menghiasi wajah tampan cowok itu.

Cowok itu berjalan gembira menuju parkiran sekolah. Dirinya akan pergi ke rumah Diva untuk bermain bersama Diva dan Ames.

Ames memang sengaja Zarel titipkan pada Diva selagi dirinya bersekolah, karena Diva masih enggan untuk datang ke sekolah, cowok itu memanfaatkan waktu Diva agar Diva menjaga Ames selagi ia pergi sekolah.

"Um- mmiii.." panggil Ames merengek dengan berjalan khas anak kecil ke arah Diva yang sedang asik ngemil.

"Ames mau ini? Tapi, ini pedas loh, enggak papa?"

Bayi berumur dua tahun itu nampak girang saat Diva mengulurkan camilan ke arahnya. Ames dengan cepat mengambil camilan itu dengan semangat hingga membuat beberapa butir isi camilan jatuh berhamburan ke lantai kamar Diva.

LOVE YOU FAT GIRL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang