SELAMAT MEMBACA
~KEGEDEAN
***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.
JEJAKNYA TEMAN-TEMAN!
***
Deg-degan, masih deg-degan setelah berhadapan langsung dengan Davian di UKS, sepertinya jantung Diva mau copot dari tempatnya disaat dirinya ketahuan salting dengan pipi yang merona malu. Ya ampun.
Diva meraba dada sebelah kirinya memastikan apakah jantungnya masih berdetak sangat cepat atau tidak dan ternyata. "Haduh.. masih deg-degan,"
Diva perlu melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya agar jantungnya dapat berkerja secara normal kembali, tapi apa ya?
Ya ampun.
Makalahnya belum di ambil, mana 10 menit lagi istirahat akan berakhir. Tak ingin membuang waktu lagi dengan cepat Diva membasuh wajahnya kemudian keluar dari WC putri bergegas menuju parkiran. Jarak parkiran sebenarnya tidak terlalu jauh tapi mengapa baru berlari sebentar saja sudah membuat Diva ngos-ngosan.
"Kayaknya badan gue yang keberatan deh, makanya lari bentar aja udah ngos-ngosan."
Saat sudah sampai diparkiran dengan segera ia membuka pintu mobil dan buru-buru mengambil makalahnya kemudian menutup kembali pintu mobil.
Dengan langkah pelan Diva berjalan menyusuri koridor bawah yang berhadapan langsung dengan anak-anak dari kelas 12 yang sedang bermain basket. Sepertinya, Diva mengenali siapa lelaki yang mencoba menshooting bola ke dalam ring.
Diva memperhatikan lelaki itu dan ternyata tebakannya benar bahwa lelaki itu adalah Zarel, laki-laki yang marah-marah kepadanya tadi disaat di ruang musik. Diva mencebikkan bibir mengingat bagaimana ia dimarahi oleh kakak kelasnya itu hingga ia tak sadar bahwa bola yang sedang di shooting Zarel mengarah kepadanya.
Sanking shoknya Diva tak mampu berkutik sedikit pun, ia hanya bisa pasrah menerima timpukan dari bola itu.
Dugh.
Eh, kan harapannya untuk ditolong oleh pangeran pupus sudah saat bola bewarna orange itu berhasil menimpuk kepalanya. Diva memegangi kepalanya yang berdenyut-denyut, bayangkan saja bola basket yang lumayan berat itu menimpuk kepala mu. Sakit, nyut-nyutan dan malu pastinya.
Gadis gendut itu membinarkan matanya saat Zarel berjalan kearahnya dan mengulurkan tangannya.
"Makasih kak,"
Bukan, bukan dirinya yang ditolong melainkan bola orange yang berada di dekat Diva yang diambil.
"Ngarep lo."
Huh?
"Makanya punya badan jangan kegedean jadi kena bola kan Lo, mampus lo." setelah mengatakan itu Zarel berlari menuju lapangan untuk bermain kembali bersama teman-temanya. Sedangkan Diva hanya mampu melongo dan mengedip-ngedipkan matanya tak mampu berkata-kata
"Apa hubungannya?!"
***
Aher, gadis itu sedang kesusahan membawa buku-buku tebal di tangannya. Guru yang menyuruhnya tadi tidak pikir-pikir dalam menyuruh orang, apa guru tadi tak melihat bahwa dirinya memiliki badan yang kecil. Jika begini Aher tak akan tambah tinggi karena terlalu membawa beban yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FAT GIRL [Completed]
Teen FictionNadiva adalah gadis yang tak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa 'cinta tak memandang fisik' bahwa 'cinta itu buta' nyatanya itu semua adalah kebohongan yang dianggap kebenaran oleh semua orang. Dengan itu, Nadiva sibuk mencari apa kelebiha...