SELAMAT MEMBACA!
~ANGEL YANG MEMONOPOLI
***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DI MAAFKAN.
VOTE DAN KOMENTAR QAQA!
***
Sudah tiga hari untuk Zarel tak menginjakkan kakinya di HSC dan hari ini ia akan kembali menginjak lantai HSC. Masa skorsnya hanya berlangsung tiga hari, sangat sebentar untuk cowok beranting itu.
Perlu diketahui selama Zarel tak bersekolah ia selalu mengunjungi rumah Diva hanya untuk memastikan gadis berpipi tembam itu baik-baik saja dengan melihatnya melalui jendela kamar gadis itu atau sesekali ia bertamu ke rumah gadis itu menemui langsung kedua orang tua Diva. Selain menemui Diva, Zarel juga selalu menemui perempuan cantik dengan senyum manis bersama dengan anak dari perempuan itu, hal ini tentunya tak diketahui Diva.
Ia menemui perempuan itu—Angel karena ia memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Membiayai hidup perempuan dan seorang anak kecil tak mudah karena dirinya harus berganti peran menjadi seorang ayah jika bertemu anak Angel, hal ini sudah dijalaninya selama dua tahun terakhir.
Hidup Zarel dihadapkan dengan gadis gendut yang dicintainya dan perempuan cantik yang menjadi tanggung jawabnya sekarang ini, Zarel ingin terlepas dari tanggung jawabnya tapi tak bisa ia memiliki janji pada seseorang dan harus ditepatinnya, dirinya bukanlah seorang yang ingkar janji.
Zarel selalu menepati ucapannya seperti halnya jika ia 'mencintai Diva' maka ia akan bertanggung jawab untuk ucapannya itu, hanya saja tanggung jawabnya pada Angel menghambatnya. Zarel hanya tinggal menunggu adanya calon ayah untuk Ames maka tanggung jawabnya akan terlepas.
"Beb udah di depan, nih." Gurau Zarel di atas motor sembari menelpon Diva. Tersenyum menebak jika Diva pasti sedang bersemu sekarang.
"Kak panggil aku Diva." Lirih gadis itu menjawab. Terdengar suara buku di tumpuk menandakan gadis itu tengah menyiapkan buku sekolahnya.
"Iya Diva sayang, udah siang gue tinggal kalau lo lama."
"Sebentar lagi di depan kakak, tunggu aja."
Sambungan terputus setelahnya. Zarel mengenakan helmnya kemudian menyerahkan helm bewarna pink pada Diva karena benar tak lama gadis itu sampai di hadapannya.
"Ayo naik! Gue enggak mau lepas jaket buat lo, salah siapa pakek rok mini."
Diva menunduk melihat roknya yang sekiranya akan naik terangkat jika menaiki motor besar Zarel, ia meneguk ludah membayangkan bagaimana tatapan orang-orang yang akan melihat paha besarnya.
"Iya gak papa." Ucapnya ragu.
Zarel menghela nafasnya karena pada akhirnya ia akan melepas jaketnya mengikat jaket itu pada pinggang Diva.
"Katanya gak mau kasih kak."
"Jangan bawel. Gue gak mau cewek gue pesimis terus."
"Nanti gue beliin rok." Ucap Zarel santai.
"Gak usah kak rok ku masih ada cuma lagi dicuci aja yang lumayan panjang."
"Kalau gitu jaket aja kayaknya lo gak punya jaket."
"Ada kok, kakak gak perlu beliin,"
"Gak terima penolakan!" Ucap Zarel tegas.
"Kita beli couple biar dikatain alay, seumur-umur gue belum pernah dikatain." Alibi Zarel, ini hanya alibi Zarel agar Diva mau dibelikan jaket.
"Bangga dong ya jadi pacar kakak," ucap Diva bergurau.
"Jangan cari pacar lagi ya Div soalnya nanti gue selalu ada buat lo." Entah kenapa Zarel mengucapkan kalimat itu, intinya ia tak akan siap jika Diva meninggalkannya saat tahu siapa sebenarnya dirinya.
Diva tersenyum kemudian mengangguk mengabaikan pertanyaan di kepalanya kenapa Zarel akan selalu ada itu nanti artinya kedepannya dan bukan sekarang?
***
Dengan santainya Zarel melempar kunci motornya pada Davian cowok yang sedang memangku gitar akustiknya.
Davian mengerutkan keningnya bingung. "Kenapa?"
"Kalau Saguana kan dia jijikan." Jawab Zarel tak nyambung bagi Davian.
"Maksudnya kenapa lempar kunci ke gue?"
Cowok itu menggaruk alisnya. "Oh gue kira udah paham. Antarin pacar gue pulang gue ada urusan."
"Gak gentle banget," sindir Davian.
Zarel hanya mengedikan bahunya. "Angel tadi SMS katanya Ames minta jalan-jalan."
Davian meletakkan gitarnya, ia semakin tertarik dengan pembicaraan kali ini "masih berhubungan sama Angel?"
"Iya masih karena mereka masih tanggung jawab gue."
Davian mengangguk. Cowok itu memang sudah mengetahui siapa itu Angel bagi Zarel, siapa itu Ames dan apa hubungan keduannya. menurut Davian hubungan keduannya cukup rumit.
"Nyerahin Diva ke gue sama aja kayak ke musuh, loh. Diva itu menarik,"
"Bangsat." Umpat Zarel tak terima, tak terima jika sampai Davian menyukai Diva.
Davian tersenyum meremehkan. "Itu janji. Ingat Diva itu pacar sedangkan Angel itu hanya janji lo sama seseorang."
"Janji berujung tanggung jawab. Iya?"
Davian memang tak bisa menampik pernyataan itu, terkadang dirinya kasihan melihat Zarel menghadapi harinya yang harus bertanggung jawab atas kesalahan yang tak diperbuatnya.
"Kalau Diva tahu lo lebih prioritasin Angel gimana?" tanya Davian memancing amarah Zarel.
"Gak usah ngomong kalau ujung-ujungnya bikin emosi."
"Kayaknya diputusin." Davian semakin genjar mengompori Zarel.
"Gue jotos lo!"
Davian terkekeh. "Diva istimewa tapi bukan prioritas."
"Brengsek. Kalau gak niat nolongin gak usah." Amarah Zarel naik ia siap mencengkram kerah kemeja Davian.
Davian meredakan amarah Zarel dengan menepuk bahu cowok itu dua kali dan tak berselang lama nafas Zarel sudah tak memburu seperti tadi.
"Sadar, sekarang Angel sedang memonopoli waktu lo bersama Diva,"
Davian mendekat kearah Zarel saat bibir tipis cowok itu tepat berjarak tiga senti dari telinga Zarel ia berbisik. "Gue belum suka sama Diva jadi masih aman."
Zarel mengepalkan tangannya, kenapa takdirnya seperti ini. Kenapa Angel harus muncul diantara dirinya dengan Diva?
Zarel menggeleng, pertanyaan itu tidak benar yang benar seharusnya Kenapa ia baru bertemu dengan Diva setelah ia bertemu dengan Angel? Jika dirinya bertemu dengan Diva terlebih dahulu maka ia akan memiliki alasan untuk menolak janji dari seseorang yang dibencinnya sekarang ini.
Zarel benci pada takdirnya.
***
TBCTERIMAKASIH SUDAH MEMBACA, JANGAN LUPA FOLLOW!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FAT GIRL [Completed]
Teen FictionNadiva adalah gadis yang tak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa 'cinta tak memandang fisik' bahwa 'cinta itu buta' nyatanya itu semua adalah kebohongan yang dianggap kebenaran oleh semua orang. Dengan itu, Nadiva sibuk mencari apa kelebiha...