SELAMAT MEMBACA
~AKAN BERUJUNG
***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.
VOTE DAN KOMENTAR DULU YA!
***Motor besar yang dikendarai Davian dan Diva berhenti tepat di halaman rumah Diva. Gadis itu turun dengan hati-hati karena sungkan untuk meminta bantuan pada Davian.
Diva melirik ke arah sekitar jalanan memikirkan apa mungkin Zarel akan menyusulnya ke sini seperti yang dilakukan kebanyakan cowok, tapi sepertinya tak mungkin sebab tak ada tanda-tanda pun dari cowok itu.Gadis itu berdeham sejenak. "Makasih ya kak, jadi ngerepotin kakak." Ucap Diva tak enak hati.
"Iya sama-sama lagian yang minta pacar kamu kok, bukan murni kemauan saya."
Mendengar penuturan Davian membuat Diva berpikir, apa mungkin Zarel memberikan perhatian juga pada cewek yang sedang bersama cowok itu saat ini?
"Kenapa, Ada yang salah sama ucapan saya? Saya ngomong real, loh." Davian sedikit menggerakan tangannya menyadarkan Diva dari terlamunnya.
Gadis itu menggeleng sebagai jawaban. "Sekali lagi terimakasih ya kak, aku masuk dulu, kakak hati-hati." Diva tersenyum tipis diakhir kalimatnya, pokoknya setelah masuk ke rumah dirinya berniat menumpahkan segala kristal beningnya.
"Tunggu sebentar, Div kayaknya Zarel mau ke sini." Cegah Davian mencekal pergelangan tangan Diva yang berisi dan sedikit tak muat di genggamannya.
"Diva!" panggil Zarel lantang setelah turun dari ojek online yang ditumpanginnya, menghampiri gadis gendut dengan mata memerah dengan tergesa-gesa.
Zarel menepis tangan Davian yang dengan seenak jidatnya menyentuh pergelangan Diva.
"Pulang sono. Makasih udah ngantarin, tapi gak perlu modus kali." Zarel melirik sinis Davian yang menatapnya penuh keheranan.
Dalam hati Davian membantin harus bersabar karena memiliki sahabat seperti Zarel yang tak tahu berterimakasih.
"Ini mau pulang. Nadiva saya pulang dulu ya," pamit Davian dengan tersenyum manis pada Diva, sengaja ingin menghidupkan api kemarahan Zarel.
"Panggil Diva, Yan." Tekan Zarel dengan menajamkan pengelihatannya.
Diva memutar matanya jengah selain malas mendengar perdebatan Davian dan Zarel matanya sedari tadi tak ingin lepas dari tas kecil bergambar lebah di genggaman Zarel, tas itu seperti tas anak kecil sebagai wadah segala keperluan anak kecil.
Diva menggeleng jangan biarkan dirinya berpikir yang macam-macam karena sekarang pikiran negatif lebih mudah diterimannya.
"Iya kak, hati-hati." Balas Diva tanpa menghiraukan delikkan mata dari Zarel.
Davian mengangguk setelah itu ia membawa motor Zarel menjauhi kedua remaja yang sedang diselimuti oleh suasana canggung dan tegang.
"Itu cuma salah paham." Ucap Zarel tiba-tiba.
"Salah paham apa?"
"Yang tadi, itu suara temen gue. Gue dan dia gak ada hubungan seperti apa yang lo pikirin." Jelas Zarel tanpa memperdulikan tatapan Diva yang sedari tadi sudah jatuh pada tas punggung Ames.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FAT GIRL [Completed]
Teen FictionNadiva adalah gadis yang tak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa 'cinta tak memandang fisik' bahwa 'cinta itu buta' nyatanya itu semua adalah kebohongan yang dianggap kebenaran oleh semua orang. Dengan itu, Nadiva sibuk mencari apa kelebiha...