4. Balapan

953 97 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

~BALAPAN

***

CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAM ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.

BERIKAN VOTE DAN KOMENTAR!

***

"Hah?! Kemana, Her?"


"Sirkuit,"

"Ngapain?"

"Nonton balapan, lah! Sekarang sekolah kita tanding, nih."

"Ih, gila lo ya. Kalo ketahuan kak Gibran bisa mati gue."

"Cuma bentar doang, sampe kak Zarel menang deh."

"Kalau kalah?"

"Doa lo kok jelek amat sih Div, kek muka lo!"

"Kampret."

"Gue udah di depan rumah Lo, cepatan keluar!"

"Hah?!"

"Dek, Ada Aher!" teriakan Gibran membuat Diva membelalakkan matanya, ternyata Aher niat banget mengajaknya nonton balapan. Jika sudah begini berarti Diva harus membuat cara agar diberi izin oleh Gibran supaya bisa keluar rumah.

"Iyah,"

Diva mengganti pakaiannya cepat dengan celana kain bewarna coklat, kaos putih serta cardigan berwarna senada dan tak lupa ia memberikan sedikit polesan pada wajahnya agar tak buluk-buluk amat jika dipandang. Setelah merasa cukup memberi polesan pada wajahnya, Diva bergegas keluar kamar dengan menenteng Sling bag kecil yang berisi ponsel dan dompet yang berada di dalamnya.

"Mau ke mana?" pertanyaan Gibran keluar begitu Diva selesai menutup pintu kamarnya.

Diva gelagapan sendiri ingin menjawab seperti apa, sudah terlihat dari ia yang menggaruk-garuk daun telinganya.
"Mau ke kafe depan, Deket kok, kak." ucap Diva dengan menyatukan kedua telapak tanganya.

"Pulangnya jam berapa?"

Waduh mati gue! Masa gue bilang sampe kak Zarel menang balapan, Ya kali.

"Enggak malem-malem kok kak, paling sebelas lewat dikit-dikit kok,"

"Kemalaman Diva?!"
Diva refleks memejamkan matanya saat Gibran berkata agak keras tepat di depan wajahnya.

"Enggak lama deh pokoknya kak."

"Awas kalo lama, kakak aduin ke ayah."

"Iya deh, iya." Diva mencium punggung tangan Gibran sebelum lari ngibrit ke ruang tamu.

"Yuk!" ajak Diva kepada Aher ketika sudah di ruang tamu.

Aher menelisik Diva dari ujung kepala Sampai ujung kaki kemudian ia tersenyum menggoda kepada Diva
"Uwih-uwih bidadari dari mana nih,"

Diva memutar bola matanya jengah.
"Her, kalau kelamaan nanti kak Gibran berubah pikiran, loh."

"Yaudah, yuk kalo gitu."

Keduanya berjalan keluar kemudian memasuki mobil yang dibawa Aher yang entah punya siapa, setahu Diva Aher tidak memiliki mobil sendiri. Mungkin Aher memakai mobil ayahnya dengan alasan kerja kelompok.

Saat mereka tiba di sirkuit pemandangan yang pertama kali Diva lihat adalah para penonton perempuan berpakaian minim dan laki-laki yang nampak seperti berandalan. Diva merinding saat ia melihat seorang laki-laki memakai tindik di hidungnya tengah tersenyum menggoda ke arah perempuan.

LOVE YOU FAT GIRL [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang