SELAMAT MEMBACA!
~MENUJU AKHIR
***
CERITA INI DIBUAT BERDASARKAN IMAJINASI SAYA, TIDAK ADA MAKSUD MENYINGGUNG ATAU SEJENISNYA. BILA ADA KESALAHAN MOHON DIMAAFKAN.
VOTE DAN KOMENTARNYA ANAK BAIK!
***
"Pasien mengeluarkan darah sangat banyak, pasien sedang membutuhkan donor darah sekarang. Dari pihak keluarga bisa mendonorkan darah?" perkataan dari sang dokter yang menangani Angel membuat siapa saja yang mulanya menutup mata langsung berdiri tegak.
Mereka sedang berada di rumah sakit. Mereka Diva, Zarel, Saguna, Davian, dan Ames tentunya. Tadi Diva langsung menelpon Zarel selepas Angel dibawa oleh mobil ambulans. Ketiga cowok itu terkejut mendengar kabar bahwa Angel kecelakaan dan langsung saja mereka menyusul Diva ke sini.
Diva, gadis itu yang pertama mendekati sang dokter, ingin mengucapkan sesuatu tetapi harus terhenti di tenggorokan saat sang dokter melanjutkan perkataanya.
"Pasien membutuhkan golongan darah A+."
Tidak ada yang berkutik di situ, semua nampak diam memikirkan jalan keluar dari masalah ini, karena, diantara mereka tak ada yang memiliki golongan darah A+ terkecuali seorang cowok dengan santainya yang masih bersandar di tembok rumah sakit sembari memejamkan matanya.
"Saguna!" tunjuk Zarel kepada Saguna yang masih asyik memejamkan matanya.
Saguna membuka matanya malas setelahnya ia menaikan alisnya meminta penjelasan lebih.
"Apa?"
"Saguna, lo diem aja pasti golongan darah lo A+ kan?" tanya Zarel tak sabaran.
Berbeda dengan Zarel yang tak sabaran. Diva, masih setia menenangkan Ames dengan mengelus-elus punggung kecil yang bergetar itu.
"Kok lo tau?"
"Gue bayar, cepetan donorin darah lo!" paksa Zarel.
Zarel menghampiri Saguna setelahnya ia menarik paksa cowok itu mendekati sang dokter.
"Pak, ini pak silahkan diantar."
"Gue jijik darah gue ngalir di tubuh perempuan." Tekan Saguna dengan mencuramkan alisnya. Ia melepaskan paksa cekalan Zarel.
"Kak Saguna please kali ini... aja," mohon Diva, bahkan Diva menyatukan kedua telapak tangannya saking memohonya.
Saguna hanya memutar bola matanya malas.
"Cepetan woy keburu mati Angel!" maki Zarel.
"Mama!!" Ames menjerit takut saat Zarel memaki.
"Goblok!"
"Kak Zarel."
"Lo semua yang goblok. Ini rumah sakit gak usah bertengkar. Saguna, tinggal donorin aja kenapa sih!?" kini giliran Davian yang gregetan. Cowok itu hampir saja memukul kepala Saguna dengan gitar yang dibawanya.
"Dibilangin gue jijik! Kalian gak punya kuping ya!?"
"Kak Saguna please kali ini aja, setelah ini kak Saguna boleh bersikap semau kakak lagi."
"Gue gak mau. Kenapa harus gue sih?"
Zarel gregetan dengan sepupunya ini, ingin rasanya ia menghantam wajah mulus, halus, lembut nan putih di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU FAT GIRL [Completed]
Teen FictionNadiva adalah gadis yang tak percaya dengan pepatah yang mengatakan bahwa 'cinta tak memandang fisik' bahwa 'cinta itu buta' nyatanya itu semua adalah kebohongan yang dianggap kebenaran oleh semua orang. Dengan itu, Nadiva sibuk mencari apa kelebiha...