Bismillah...
Gisella membuka pintu kelas lebih lebar lalu mendengus pelan saat melihat belum ada satupun siswa yang ada di kelasnya. Bukannya Gisella kepagian, tapi memang semua anak di kelasnya itu jam karet semua, mereka kompak akan bermunculan di menit-menit terakhir bel membuat Gisella malas datang sekolah tepat waktu.
Lagipula siapa yang mau duduk sendirian di kelas sebesar ini sampai bel masuk berbunyi?
"Selamat pagi chairmate!" sapa Abyan yang muncul tak lama setelah Gisella datang. Gadis berhijab itu mengangguk kalem.
"Pagi By, lo keluar dulu ya, gak baik berduaan di kelas," usirnya langsung membuat Abyan yang sedang melangkah menuju ke arahnya mengerucutkan bibir.
"Lo aja sana, kayak gak ada kerjaan aja gue duduk sendirian di luar," gerutu Abyan sambil menaruh tas di sebelah Gisella.
Gisella menghela napas lalu segera bangkit dari duduknya membuat Abyan mendelik.
"Eh, bercanda La, biar gue aja yang keluar, hehe," kata Abyan nyengir. Gisella tersenyum sedikit lalu kembali duduk sedangkan Abyan langsung berjalan ke luar.
Ada gunanya juga pura-pura ngambek, batin gadis itu.
Namun sesampainya di ambang pintu kelas, Abyan kembali menoleh, mendadak teringat sesuatu.
"La!" panggilnya.
"Hm?" jawab Gisella sambil membaca novel yang sengaja ia bawa untuk menemaninya selama kelas masih kosong. Abyan berdehem.
"Lo udah sarapan belum? Mau gue beliin bubur ayam gak?" tanyanya. Gisella yang awalnya tidak terlalu menanggapi panggilan Abyan jadi menoleh ke arah Abyan yang terlihat salah tingkah.
"Apaan sih, sok so sweet banget," ledek Gisella meski sejujurnya agak merasa baper. Tapi karena gadis itu pandai menguasai ekspresi, Abyan tak sadar jika gadis itu sama gugupnya dengan Abyan saat ini.
Abyan bergumam, "Maksud gue gak gitu, gue cuma tiba-tiba keinget kalau ada gue hutang buryam sama lo," lirihnya membuat Gisella yang awalnya ke-gr-an jadi mendelik. Menatap Abyan yang memasang ekspresi polos di bibir pintu.
"Gimana? Mau gue ganti sekarang gak?" tanya Abyan lagi.
Gisella menggeleng cepat, "Gak usah, lagian lo kemarin nebengin gue pulang gratis tuh, jangan gitu lah," kata Gisella lalu tertawa santai meski sebenarnya ia merasa sangat malu karena berfikir Abyan membelikan bubur ayam karena perhatian padanya.
Abyan memajukan bawah bibir, "Tapi kan kemarin gue cuma nganterin lo sampai depan gerbang komplek La, gak sampai rumah," katanya.
Gisella mengibaskan tangan, "Gak apa-apa, toh kemarin yang minta diturunin di gerbang juga gue," katanya santai.
Abyan menghela napas masih merasa tak enak. "Beneran nih? Gak apa-apa?" tanyanya sekali lagi. Gisella mengangguk.
"Iyaa, kalau lo hitung-hitungan gini gue jadi ngerasa gak enak kalau minta tebengan lagi," ucap gadis itu. Kedua alis Abyan terangkat.
"Lo masih mau nebeng sama gue?" tanyanya, entah kenapa terlihat senang. Gisella tertawa sedikit.
"Ya kalau boleh sih, kan bisa aja ban motor gue bocor lagi," ucapnya. Abyan tersenyum makin lebar.
"Boleh dong, tiap hari juga gue mau nebengin lo pulang pergi sekolah," kata Abyan membuat Gisella yang awalnya tertawa jadi terdiam kaget.
"Eh?"
Abyan mendelik, baru menyadari kalimatnya agak ambigu. "Gak, maksud gue, kalau lo mau gue jadi ojek pribadi lo berarti lo harus gaji gue perbulan," ralatnya segera. Gisella yang mendengar penjelasan itu jadi mendecak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Teen Fiction"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...