Bismillah...
Pagi ini cuaca agak mendung membuat Abyan merasa malas untuk berangkat ke sekolah. Kalau saja bukan karena neneknya yang dengan bawel menariknya keluar dari kamar, rasanya seharian ini ia hanya mau bergelung dalam selimut sampai puas.
Meski malas-malasan akhirnya Abyan berhasil menyelesaikan ritual paginya dan sekarang sudah duduk di ruang makan. Sambil menyantap nasi goreng ia melihat ke luar jendela, menatap ke arah langit yang terlihat sangat gelap.
"Kayaknya hari ini Nenek gak usah jualan dulu deh, cuacanya lagi gak bagus Nek, bentar lagi hujan deras," katanya pada sang Nenek yang sedang menyusun kue-kue ke dalam keranjang dagangan.
Mendengar itu Nenek jadi menoleh ke arahnya lalu terkekeh kecil. "Gak apa-apa Yan, hujan kan cuma air," ucap neneknya santai membuat Abyan merengut.
"Iya sih Nek cuma air, tapi kan mereka datangnya gerombolan dan bisa bikin sakit," ucapnya sambil membalikkan posisi sendok, menandakan makannya telah selesai. Ia lalu mengambil gelas dan minum.
"Ngomong-ngomong soal hujan, kamu akhir-akhir ini jauhin Gisella ya?" tanya neneknya tiba-tiba membuat Abyan yang sedang minum jadi terbatuk.
Pemuda itu lalu menyeka mulutnya dengan punggung tangan dan menatap neneknya heran. "Sebentar,apa hubungannya hujan sama Gisella?" tanyanya bingung. Nenek tertawa.
"Gak ada sih, Nenek tiba-tiba keingat Gisella aja, emang iya kamu jauhin dia?" tanya Nenek.
Abyan berdehem. "Nenek tau dari siapa?" tanya pemuda itu balik.
Hampir dua bulan belakangan Abyan memang menjaga jarak secara perlahan-lahan dengan Gisella. Awalnya ia masih mengiyakan gadis itu saat Gisella mengajaknya bicara ketika mereka bertemu di jalan. Lalu satu kali dua kali ia mulai menolak dengan beragam alasan, entah itu buru-buru atau sedang tak punya waktu. Dan sekarang ia menjauhi gadis itu sampai ke tahap pura-pura tidak melihat gadis itu saat bertemu di jalan.
Abyan menghela napas. Mungkin ini terdengar jahat mengingat dulu Abyanlah yang terkesan selalu mengejar Gisella, namun Abyan sengaja melakukan itu semua untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari luka patah hati yang lebih besar di masa depan.
"Kemarin Nenek ketemu Gisella di jalan trus diantar Gisella pulang, selama di jalan dia cerita kalau kamu sama dia udah jarang ngobrol dan gak sedekat dulu, dia ceritanya sambil ketawa sih, tapi dari nada suaranya nenek yakin kalau dia lagi sedih," ucap neneknya sambil mengelus rambut Abyan lembut membuat pemuda itu tertegun.
Nenek menghela napas pelan, "Gisella itu gadis yang baik, kalau kamu memang udah gak suka sama dia, katakan dengan jelas jangan tiba-tiba menghilang begitu saja," sambung neneknya.
"Abyan masih suka sama Gisella Nek," sahut Abyan jujur. "Hanya saja ada sesuatu hal yang bikin Abyan gak bisa bareng dia," lanjutnya pelan dan sendu.
Kedua alis Nenek terangkat, "Apa?"
Abyan membasahi bawah bibir, merasa tercekat, "Abyan gak bisa bilang Nek, maaf," jawabnya membuat Nenek menghela napas.
"Ya sudah kalau begitu," ucap Nenek lalu menurunkan tangan dari kepala Abyan dan kembali menyusun kue dagangannya ke atas keranjang.
Abyan menggigit bagian bawah bibir. Menatap neneknya dengan tatapan bersalah. "Nenek marah sama Abyan?" tanyanya.
Nenek menggeleng sedikit. "Enggak, Nenek gak marah," katanya. Ia menarik napas sesaat, membayangkan ekspresi Gisella saat curhat padanya ketika mereka pertama kali kenal. "Gisella itu punya jalan hidup yang berat sampai rasa percaya dirinya rendah, Nenek khawatir dia akan jadi makin gak percaya diri karena tiba-tiba kamu jauhi," sambung neneknya membuat Abyan terdiam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Roman pour Adolescents"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...