Bismillah...
"By, gimana? Ada gak?"
Gisella berbisik khawatir sambil memperhatikan Abyan yang sejak tadi sibuk merogoh saku dan dompet dengan gelisah membuat mbak-mbak kasir yang sejak tadi menunggu mulai tersenyum curiga kepada mereka berdua.
"Dimohon untuk cepat ya Mas, antriannya sudah banyak di belakang," kata mbak kasir dengan nada lembut tapi agak mengancam.
Abyan mendesah pelan, lalu menoleh ke arah Gisella. Ekspresinya terlihat memelas.
"Uangnya kurang Gis," bisiknya membuat mbak-mbak kasir dan Gisella menaikkan alis tinggi.
Gisella berdehem pelan lalu mengambil dompetnya dari dalam saku. "Ya udah pakai uang gue aja," katanya sambil mengangsurkan uangnya pada mbak kasir.
Abyan menghela napas lega. "Nanti gue suruh Roni sama Andini ganti uang lo lima kali lipat," janji pemuda dengan suara pelan itu membuat Gisella tertawa kecil.
"Oke, kembaliannya lima ribu rupiah ya Mbak, terimakasih," kata Mbak kasir sambil merapatkan telapak tangan di depan dada.
Gisella tersenyum tipis, "Terimakasih kembali Mbak, yuk By," katanya sambil membawa barang belanjaan mereka. Abyan mengangguk patuh lalu mengikutinya dari belakang.
Hari ini keduanya membeli barang-barang yang digunakan untuk membuat mading. Tadinya uang yang dikumpulkan sudah lebih dari cukup, tapi saat mereka selesai berbelanja Andini yang memegang uang tiba-tiba menghilang bersama Roni membuat Abyan yang merasa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab mau tak mau membayar semuanya, meski kenyataannya uang Abyan kurang.
"Maaf ya, gue tadi malu-maluin," kata Abyan sambil mengambil hasil belanjaan mereka tadi dari tangan Gisella. Gisella mengerjap.
"Gak apa-apa, gue juga salah tadi gak peka sama gerak gerik lo," ucap gadis itu santai.
Abyan menghela napas. "Trus gimana sekarang? Pulang aja?" tanya Abyan.
"Kalau kita pulang duluan trus Roni sama Andini gimana?" tanya gadis itu balik.
Pemuda itu mendengus. "Biarin aja, gue masih kesal sama mereka," katanya datar.
"Ya udah," jawab Gisella patuh.
Saat berjalan ke parkiran tiba-tiba perut Gisella berbunyi agak keras membuat Abyan yang sedang memeriksa belanjaan mereka sampai menegak dan menoleh ke arah gadis itu kaget. Gisella sendiri sudah memerah malu lalu buru-buru memalingkan wajahnya dari pemuda itu.
"Lo lapar?" tanya pemuda itu dengan ekspresi polos.
MASIH PERLU DITANYA? batin Gusella yang rasanya ingin lari dan bersembunyi saking malunya.
"Aduh, gimana ya, uang gue udah beneran gak ada buat makan," kata Abyan sedih membuat Gisella mendelik.
"Gak apa-apa kok, lagian kita kan udah mau pulang, gue makannya di rumah aja," jawab gadis itu cepat.
Abyan menggeleng dramatis. "Enggak, gue gak bisa membiarkan lo kelaparan, sebagai seorang laki-laki yang bertanggung jawab gue harus cari cara supaya kita bisa makan tanpa keluar uang," katanya penuh tekad.
Gisella menatap Abyan datar. Sejak tadi kenapa cowok itu membahas soal tanggung jawab terus sih. Memangnya mereka berdua sudah menikah apa?
"AHA! GUE TAU!" kata Abyan setengah berteriak. Gisella sampai terlonjak saking kagetnya.
"Apa?"
"Gue baru ingat kalau hari ini ada tetangga gue yang nikah," ucap Abyan ceria. Gisella mulai merasakan firasat tak enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Jugendliteratur"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...