Bismillah...
Gisella berjalan dengan sangat pelan menuju kelas, dua tangannya terkepal di sisi tubuh dengan mulut yang komat kamit seolah sedang merapal mantra. Gadis itu menghela napas, lalu bermonolog lagi membuat seseorang yang sedang berjalan di belakangnya hanya bisa tersenyum geli.
"Hai By! Untuk yang kemarin maaf ya, gue gak bermaksud bikin lo marah, gue cuma gak mau bikin lo gak nyaman karena diledekin sama gue, ehm ... aduh gimana sih, gue harus ngomong apa ke Abyan biar dia gak ngambek lagi?" ucap gadis itu mulai jengah dengan latihan bicaranya.
Gisella menarik napas lalu menghembuskannya perlahan, "Oke, kita coba lagi," kata Gisella lalu berdehem kecil, "ehem, By, soal yang kemarin gue minta maaf ya, lo jangan ngambek dong, gak enak tau teman sebangku tapi diem-dieman," ujarnya.
Gadis itu terdiam sesaat, merasa tercekat saat membayangkan jika Abyan akan terus mendiamkannya seperti kemarin, "Maaf ya By, gue beneran gak mau kita jauhan kayak gini," lirihnya dengan tatapan berkaca-kaca dan lurus ke depan seolah Abyan berada tepat di depannya.
"Iya, gue juga gak mau jauhan lagi, maaf ya La."
Tepat setelah kalimat Gisella selesai tiba-tiba ada yang berceletuk di belakang membuat mata gadis itu membulat kaget. Ia lalu menoleh dan langsung menganga saat melihat Abyan yang ternyata berdiri di belakangnya. Teman sebangkunya itu terlihat tertawa kecil membuat wajah Gisella seketika memerah malu.
"Se-sejak kapan lo di belakang gue?" tanya gadis itu terbata-bata.
"Gak lama setelah dari parkiran," jawab Abyan santai membuat wajah Gisella makin merah. Abyan tersenyum geli, merasa gemas melihat ekspresi malu gadis itu.
"Kenapa pakai latihan ngomong dulu sih Gis? Kayak mau ngomong sama orang penting aja," ledek cowok itu, ia lalu sedikit membungkukkan badannya ke arah Gisella membuat wajah mereka sejajar, mata Abyan mengerling jahil, "atau gue emang penting?" godanya membuat Gisella buru-buru menarik diri dan mendecih pelan.
"Apasih, gue cuma takut salah ngomong," ujarnya malu lalu segera kabur sebelum Abyan makin menjahilinya.
Abyan tertawa kecil melihat tingkah malu-malu gadis itu lalu menghela napas pelan, "Aneh, kenapa Nino bisa gak suka ya sama Gisella padahal dia semanis itu?" kata Abyan sambil menggaruk kepalanya bingug.
🐻🐻🐻
Hubungan Abyan dan Gisella kembali seperti biasa setelah kejadian itu. Keduanya sama-sama memutuskan untuk tidak lagi membahas soal kejadian kemarin dan menganggap semuanya selesai.
Saat ini keduanya tengah bersiap untuk pulang. Gisella sedang membereskan isi kotak pensil yang berserakan sedangkan Abyan memeriksa laci meja.
"Eh Gis, lo ingat gak dulu pernah bilang kalau ada kafe yang jual roti bakar enak banget?" tanya Abyan sambil menjauhkan kepala dari laci meja lalu menoleh ke arah Gisella yang tengah memakai tas.
"Ingat-ingat, kenapa? Lo mau beli roti bakar?" tanya gadis itu santai.
Abyan bergumam, "Hem iya, tapi gue gak tau tempatnya dimana," ucap Abyan pelan.
Kedua alis Gisella terangkat, "Oh ya udah, bareng gue aja, satu arah kok sama rumah gue," katanya tanpa pikir panjang membuat senyum Abyan merekah seketika.
"Serius nih gak apa-apa? Gak ngerepotin?" tanya Abyan memastikan. Gisella terkekeh.
"Gak apa-apa, ngerepotin apaan sih By, kayak sama orang lain aja," ujarnya ringan lalu bangkit dari kursi.
"Yuk sekarang aja, kalau kelamaan nanti roti bakarnya habis," kata Gisella.
Abyan mengangguk setuju, "Oke," katanya sambil memasang tas dan keluar dari kelas bersama gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Novela Juvenil"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...