#Empat

2K 333 22
                                    

Bismillah...

Abyan menghela napas saat melihat ban motornya bocor di pertengahan jalan pulang, lalu segera mendorong motornya sambil mencari bengkel terdekat.

Untungnya, tak jauh dari tempat Abyan, ada sebuah bengkel sehingga pemuda itu tak perlu mendorong motornya lebih jauh.

"Wah, harus ganti ban nih Mas, gak bisa ditambal aja," ucap si pemilik bengkel saat melihat kondisi ban motor Abyan.

Pemuda itu mendesah pelan sambil ikut memperhatikan kondisi ban motornya, "Ganti ban berapa Mas?" tanya Abyan, berdoa dalam hati agar uangnya cukup.

Si pemilik bengkel menatap Abyan lama sebelum menjawab, lalu bergumam, "75.000 Mas," jawabnya membuat Abyan mendelik kaget.

"Hah? 75 ribu? Biasanya saya ganti ban paling banter juga 45.000," protesnya langsung. Si pemilik bengkel mengangkat bahu cuek.

"Di sini harganya memang segitu Mas, kalau mau yang 45 ganti ban di tempat yang itu aja," jawabnya santai.

Mendengar itu Abyan hanya bisa mendecak pelan lalu dengan kesal segera mengambil dompet dari dalam saku, wajahnya seketika berubah keruh saat melihat satu lembar lima puluh ribu dan tiga lembar sepuluh ribuan yang ada di sana.

"Ada gak Mas?" tanya si pemilik bengkel. Abyan mengangguk.

"Kalau gitu saya tunggu sambil duduk di sana ya Mas," ucap Abyan sopan yang dibalas dengan acungan jempol oleh si pemilik bengkel.

Namun sebelum Abyan duduk, si pemilik bengkel sempat-sempatnya berceletuk pelan, "Jadi orang kaya gak boleh pelit-pelit Mas, hidup itu turun naik, susah senang bergiliran," katanya. Abyan yang hendak berjalan ke kursi panjang yang ada di sana jadi tersenyum tipis.

"Aamiin," sahutnya santai.

Setelah mengganti ban motornya, Abyan segera pergi dari sana, tak mau berlama-lama menanggapi mulut julid si pemilik bengkel.

Sekitar 20 menit perjalanan, pemuda itu lalu memberhentikan motor di sebuah kontrakan kecil yang ada di dalam gang, menghembuskan  napas lega karena akhirnya sampai di rumah.

"Assallammuallaikum," ucap Abyan sambil mengetuk pintu rumah, tak lama seorang wanita berumur sekitar 50-an muncul dengan tergesa-gesa.

"Waallaikumsallam, eh Abyan udah pulang," ucap wanita itu sambil membukakan pintu dengan senyum lebar. Abyan lalu mencium punggung tangan wanita itu sebelum masuk ke rumah.

"Gimana tadi sekolahnya? Aman?" tanya wanita itu. Abyan mengangguk.
"Aman Nek, tapi tadi sempat kena marah sama guru gara-gara berantem sama Gisella," jawab Abyan jujur.

Nenek Abyan lalu tertawa kecil. "Kamu ini berantem terus sama Gisella, kamu naksir dia ya?" tanyanya. Abyan yang hendak mengambil piring ke dapur jadi mendelik.

"Gak ah, Abyan mana ada naksir-naksir cewek Nek, kan mau fokus belajar," jawabnya santai. Nenek Abyan mencibir.

"Gak naksir tapi digangguin terus, gak percaya," kata Nenek Abyan membuat pemuda itu terkekeh. Nenek Abyan bergumam.

"Ajak main ke sini lah Yan sekali-kali, Nenek penasaran wajahnya gimana," ucap Nenek Abyan.

Abyan yang awalnya mengira pembicaraan soal Gisella selesai jadi tercengang. "Hah? Bawa ke sini?" tanyanya kaget.

Nenek Abyan mengangguk ceria, lalu duduk di sebelah Abyan sambil mengambilkan nasi untuk cucu semata wayangnya itu.

"Nenek yakin Gisella anak yang baik dari cerita-cerita kamu," ucapnya.

Me Vs Inscurities [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang