Bismillah..
Gisella melirik ke kaca spion, memandangi wajah Gaizka yang terhalang kaca helm. Gadis itu menggigit bibir, berdehem-dehem pelan, merasa canggung luar biasa karena perjalanan dari rumah Abyan ke rumah mereka terasa hening.
Sebenarnya Gisella belum mau pulang. Terlebih tadi ia kabur dari rumah dengan luar biasa dramatis seperti artis sinetron. Tapi gadis itu juga tak berani mengatakan kepada Gaizka kalau ia belum mau pulang. Ekspresi datar Gaizka membuat nyali gadis itu menciut begitu saja.
Seolah menyadari kakaknya merasa tak nyaman, Gaizka balas melirik lalu menghembuskan napas pelan, "Kita gak langsung pulang," celetuknya tiba-tiba membuat Gisella yang sedang gelisah jadi mendelik kaget.
"Eh? Serius?" kata Gisella.
Gaizka menganggukkan kepalanya sedikit sambil memelankan laju motornya.
"Ada yang mau gue obrolin jadi kita duduk dulu di kafe," ucap Gaizka.
Gisella tersenyum lebar lalu mengangguk setuju, merasa lega karena mereka tak langsung pulang, "Oke," ucap gadis itu.
Tak lama motor Gaizka menepi di sebuah kafe yang di cat dengan warna coklat muda. Keduanya memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di luar kafe. Tanpa banyak bicara Gaizka lalu memesan makanan ke dalam sedangkan Gisella duduk menunggu sendirian di luar.
Gisella menghela napas sambil menopang dagu. Memikirkan semua rentetan kejadian hari ini yang baginya terasa seperti mimpi. Berawal dari pertengkarannya dengan Ghea di ruang makan, terkuaknya alasan kenapa Papa tidak pernah mau menatapnya, aksi kaburnya ke rumah Abyan, penyataan cinta Abyan yang tak disangka-sangka lalu kedatangan Gaizka yang tiba-tiba menjemputnya seperti superhero di komik marvel.
Kalau dipikir-pikir sebenarnya hari ini tak terlalu buruk juga. Gisella merasa luar biasa lega karena sudah berhasil mengeluarkan semua hal yang ia pendam selama ini ke keluarganya. Yah meskipun sekarang Gisella jadi tak tau mau menginap dimana, tapi setidaknya perasaan gadis itu terasa lebih ringan, tidak sesesak dulu.
Apalagi ditambah dengan pengakuan cinta Abyan membuat Gisella benar-benar senang meski tadi ia pura-pura tidur karena tak tau ingin menanggapi pengakuan itu seperti apa.
Mengingat kejadian itu membuat Gisella jadi merona dan berdebar-debar lagi, gadis itu masih dengan jelas mengingat ekspresi serius Abyan saat mengatakan kalimat itu.
"Gue suka sama lo Gis, bukan yang lain."
Aaaa!!
Kalau saja ia tak melihat Gaizka sudah keluar dari kafe sambil membawa nampan, Gisella pasti sudah berteriak kegirangan sekarang.
"Kenapa?" tanya Gaizka dengan kening berkerut saat melihat kakaknya tersenyum-senyum dengan pipi merona.
Gisella mengangkat alis, buru-buru menguasai ekspresi dan bersikap sok tenang, "Enggak kenapa-napa kok," katanya sambil mencomot roti bakar yang dibawakan Gaizka. "Eh, gue ambil gak apa-apa kan?" tanya Gisella yang sebenarnya mengambil roti bakar hanya untuk menutupi salah tingkah. Gaizka mengangguk.
"Gak apa-apa, emang buat lo," ucapnya.
Gisella terkekeh, "Makasih," katanya lalu mulai menyantap roti bakar yang dibelikan Gaizka.
Setelah itu tidak ada lagi obrolan di antara mereka. Gisella sibuk dengan roti bakar sedangkan Gaizka merunduk sambil memainkan hape membuat Gisella jadi merasa canggung dan melirik adiknya itu diam-diam.
Gadis itu menghela napas, kalau akhirnya jadi begini lebih baik ia di rumah Abyan saja sampai Nenek Abyan pulang.
"Jadi yang tadi itu pacar lo?"
![](https://img.wattpad.com/cover/233195282-288-k931990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
أدب المراهقين"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...