Bismillah..
Gisella duduk di pinggir lapangan sambil memandang ke arah depan, memperhatikan anak cowok yang saat ini mendapat giliran mengambil nilai lompat tinggi.
Gadis itu sesekali tertawa melihat tingkah teman sekelasnya yang melakukan gerakan-gerakan aneh saat melompat membuat Pak Budiman selaku guru olahraga jadi sering mengomel.
"Senang banget lo lihat si Roni kena marah," celetuk seseorang membuat Gisella menoleh lalu mendengus begitu saja.
"Lo juga, senang banget gangguin gue, gak di kelas, gak di lapangan, sana pergi," usir Gisella sambil menghalau cowok itu sebelum kembali memandang ke arah depan.
Abyan mencibir lalu memutuskan untuk duduk di sebelah gadis itu sambil mengeluarkan sesuatu dari kantong plastik biru yang dibawanya.
"Nih," ucap Abyan. Gisella kembali menoleh lalu mengerjap."Buat gue?" tanyanya dengan eskpresi bingung, menatap air kemasan yang ada di tangan Abyan sejenak sebelum kembali melihat wajah pemuda itu. Abyan mengangguk.
"Iya, gak mau?" tanya Abyan balik. Gisella bergumam lalu menerimanya dengan canggung.
"Mau sih, tapi heran aja gitu," kata gadis itu sambil menusuk bagian atas air kemasan dengan sedotan. Kedua alis Abyan terangkat.
"Heran kenapa?" tanyanya. Gisella mengangkat bahu.
"Yah, tumben aja gitu lo baik, biasanya kan ngajak ribut mulu, lo gak apa-apa kan? Sakit perut lo makin parah ya?" tanya Gisella membuat Abyan yang sudah serius mendengarkan jadi mendengus keras.
"Yang namanya Gisella Athanasia emang gak bisa dibaikin ya?" ujar Abyan. Gadis itu terkekeh.
Setelah itu keduanya kembali fokus memandang ke arah depan, memperhatikan beberapa cowok yang belum mengambil nilai. Abyan sebagai pemegang absen pertama memang dibolehkan pergi duluan karena izin ke toilet, walau Gisella yakin tujuan utamanya minta izin bukan itu tapi karena ingin membeli air minum.
Untuk sejenak hanya ada hening di antara keduanya. Beberapa kali Abyan melirik ke arah Gisella, berniat mengutarakan maksudnya kenapa ia memberi gadis itu minum dan duduk di sebelahnya, tapi lidahnya mendadak terasa kelu membuat Abyan hanya berani melirik sesekali.
Gisella yang merasa ada yang tidak beres jadi menoleh sepenuhnya ke arah Abyan membuat Abyan yang tengah melirik gadis itu jadi tersentak dan buru-buru membuang pandangan ke sembarang arah.
"Ngapain lo lirik-lirik?" tanya Gisella sambil melotot. Abyan mendecih.
"Dih, siapa yang lirik, gr banget," elak Abyan berbohong. Gisella mendengus lalu menghentakkan kakinya.
"Apaan sih, gue jadi takut nih, lo naruh sianida ya di minuman gue?" tebak Gisella asal. Abyan yang awalnya sedang salah tingkah karena ketahuan melirik jadi mendelik.
"Enggak lah, ngaco!" jawabnya.
"Jujur aja deh, trus ngapain lo lirik-lirik gue? Pasti karena lo heran kan kenapa setelah minum gue gak mati-mati," tebak Gisella yakin sambil menunjuk Abyan tepat di depan hidung. Cowok itu memundurkan kepala.
"Enggak ya ampun, lagian ngeracunin lo apa faedahnya sih," gerutu Abyan sambil membenarkan duduknya. Gisella menyipitkan mata.
"Bisa aja kan, lo mau bikin percobaan dulu, kalau berhasil di gue, baru lo coba ke orang yang lo incar," katanya membuat Abyan langsung mengucap.
"Astaghfirullah, otak lo tuh yang kriminal, gue aja gak pernah mikir begitu," ucap Abyan.
Gisella menggembungkan pipi lalu dengan santai kembali meminum air yang diberikan Abyan, membuat Abyan yang awalnya dituduh yang tidak-tidak soal pemberiannya jadi tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Teen Fiction"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...