Bismillah...
"ABYAAAAAAN!"
Pemandangan setiap pagi di kelas 11 IPA 4 adalah Gisella yang meneriaki Abyan dan Abyan yang berlari ke arah lain sambil tertawa lebar.
Gadis itu mengurut pelipis dan terduduk pasrah di kursinya. Ternyata Yara benar, Abyan itu aslinya berisik dan tidak bisa diam. Bahkan tepat keesokan harinya, saat pemuda itu sudah sehat, Abyan langsung berubah menjadi kutu berbentuk manusia yang suka melompat ke sana dan kemari.
"Gue pengen pindah kursi, gue pengen pindah, gue gak tahan lagi sama dia," kata Gisella nelangsa.
Mendengar keluhan itu Andini yang duduk di depan Gisella langsung tertawa dan mengusap-usap kepala Gisella yang sudah menaruh kepalanya di atas meja.
"Sabar ya Gis, ambil hikmahnya aja,
seenggaknya Abyan kan ganteng, jadi kalau lo lagi bosan natap papan tulis, lo bisa noleh ke samping dan perasaan lo jadi lega," celetuknya.Gisella merengut, "Tipe gue bukan yang kayak Abyan, kalau lo mau, duduk aja sini gantiin gue," katanya. Andini meringis.
"Mau sih, tapi nanti si Ashila marah kalau gue pindah," ucap Andini menyebutkan nama sahabatnya yang saat ini menjadi teman sebangkunya.
Gisella mencibir. Lagian pengaturan tempat duduk mereka itu benar-benar aneh sekali. Andini dan Ashila yang bersahabat dari zaman seragam putih merah-merah entah kenapa bisa duduk berdua. Lalu Yara yang meskipun awalnya mengeluh mendapat kursi di belakang setidaknya duduk dengan Cika, anak olimpiade yang murah hati dalam mengasih contekan.
Hanya Gisella yang mendapat takdir duduk dengan Abyan si kutu loncat yang menyebalkan. Selebihnya teman-temannya mendapat tempat duduk yang normal.
"Emang Abyan ngapain lagi hari ini?" tanya Andini yang sudah puas melihat pertengkaran mereka tiap pagi.
Gisella mengedikkan dagu ke arah buku matematikanya, "Bagian belakang buku gue dia coret-coret pakai tulisan Abyan ganteng kesayangan Gisella," gerutunya. Andini seketika tertawa keras.
"Kenapa si Abyan ajaib banget ya," kata Andini masih dengan sisa tawa. Gisella mengedikkan bahu.
"Entahlah, padahal kalau kalem dikiiit aja, pasti beneran jadi kesayangan Gisella," sahut Gisella asal.
Andini menahan tawa, melihat Abyan yang ternyata sudah berdiri di belakang Gisella dan mendengar jawaban itu. Gisella yang masih tiduran di atas meja dengan berbantalkan tangan dan menghadap ke arah Andini, tidak tau kalau Abyan sudah tersenyum-senyum mendengar jawabannya.
"Jadi kalau gue berubah kalem nanti beneran jadi kesayangan lo, La?" tanya Abyan membuat Gisella yang hendak memejamkan mata langsung menegakkan tubuh dan menatap Abyan dengan mata melebar.
Namun untungnya Gisella tidak langsung menjerit kaget, gadis itu malah berdehem, mencoba menguasai diri. "Iya, kenapa? Makanya kalem By, biar gue sayang beneran," jawabnya tenang membuat Andini tercengang.
Lah? Malah diiyain? batin Andini shock.
Abyan tersenyum miring, "Beneran ya?" katanya. Gisella mengangguk cool.
"Iya."
Abyan bergumam sambil mengelus dagu, "Tapi kalau gue kalem, lo gak menyayangi gue apa adanya dong La," kata Abyan. Gisella mengangkat bahu cuek.
"Usaha dong kalau mau disayang," jawab Gisella.
Mendengar percakapan itu Andini yang duduk di depan mereka jadi memerah malu. Sedangkan Abyan dan Gisella saling tatap dengan ekspresi santuy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Genç Kurgu"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...