Bismillah...
Malam ini Celsi hanya ingin bersantai. Duduk menyandar di dinding kamar ditemani keripik kentang dan kipas angin sambil memilih film doraemon yang akan ia tonton. Kebetulan orang tua gadis itu sedang tak ada di rumah, menginap di rumah Oma yang berada di luar kota bersama Fahren adiknya. Abangnya Kelvin juga pergi ke luar bertemu teman lama membuat Celsi merasa bahagia karena tak ada yang mengganggu dan seharian ini menjadi penguasa rumah.
Namun meski bahagia sebenarnya Celsi belum merasa aman sepenuhnya karena musuh dari orang yang menjaga rumah adalah ... tamu yang datang tiba-tiba.
"Mudah-mudahan gak ada yang datang, mager banget kalau harus keluar untuk bukain pintu," kata gadis itu sambil merubah posisi menjadi tiduran. Tangan kirinya menyangga kepala sedangkan tangan kanan sibuk meraup keripik.
Film Doraemon yang ia pilih kemudian Celsi putar. Opening film yang penuh dengan rasa semangat dan keceriaan membuat gadis itu ikut bersenandung dan menggoyang-goyangkan kepala. Namun masih di pertengahan opening terdengar ketukan di pintu rumah membuat Celsi reflek menekan tombol pause untuk memastikan pendengarannya.
"Salah dengar kali ya?" desis Celsi setelah memberhentikan filmnya beberapa saat dan tidak mendengarkan mendengar apa-apa lagi. Gadis itu lalu mengedikkan bahu dan berniat untuk melanjutkan film, namun sebelum niat itu terlaksana terdengar ketukan pintu yang lebih keras membuat Celsi melenguh panjang dan buru-buru bangkit dari kasurnya.
"Iyaa," serunya agak keras sambil melangkah menuju ruang tamu. Gadis itu berdehem-dehem sejenak untuk menetralkan suara sebelum membukakan pintu, tak lupa memasang wajah seramah mungkin meski hatinya agak dongkol karena aktifitas menontonnya terganggu.
Soalnya dulu papanya pernah bilang, memuliakan tamu itu adalah sesuatu yang diperintahkan oleh Nabi, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,"Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari).
Gadis itu lalu mengintip sedikit lewat kaca jendela. Meski memuliakan tamu adalah sesuatu yang dicontohkan Nabi tapi ia harus tetap waspada karena malam ini ia hanya sendirian di rumah. Apalagi ia perempuan, salah langkah bisa-bisa terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya.
Saat melihat siapa yang datang wajah ramah Celsi seketika berubah kaget.
Lho? Dia Gaizka anaknya Om Dava kan? pikirnya bingung.
Celsi berdehem-dehem lagi, sekarang agak grogi karena ia tak kenal dekat dengan anak teman papanya itu, meski setiap malam minggu keluarga mereka makan malam bersama yang ia tau nama cowok itu Gaizka dan dia satu tahun lebih muda dari Celsi. Gadis itu lalu membukakan pintu perlahan membuat Gaizka jadi mengangkat alis.
"Cari siapa ya?" kata Celsi gugup dari balik pintu. Hanya kepalanya yang muncul dari sana.
"Malam Kak, gue Gaizka anaknya Om Dava," katanya memperkenalkan diri dengan sopan. "Apa kak Gisella datang kesini?" sambungnya membuat Celsi mengerutkan kening.
Meski Gisella tak pernah ikut makan malam bersama keluarga itu, tapi Gaizka pernah mendengar nama Gisella disebut oleh Darajat -papanya Celsi- membuat Gaizka merasa jika Gisella sudah dekat dengan keluarga Darajat dan berkemungkinan kabur kesini. Namun gelengan Celsi membuat pemuda itu seketika menghela napas kecewa.
"Enggak, tapi ada apa ya? Kak Gisella gak apa-apa kan?" tanya Celsi jadi khawatir. Ia bahkan tanpa sadar membuka pintu lebih lebar membuatnya sekarang berdiri berhadapan dengan Gaizka.
Gaizka menghela napas pelan, "Kak Gisella kabur dari rumah kak," ujarnya membuat Celsi terkesiap sampai menutup mulut dengan telapak tangan.
"Serius?" tanya Celsi masih tak percaya. Gaizka mengangguk sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Vs Inscurities [SELESAI]
Ficção Adolescente"Sebenarnya siapa sih yang bikin defenisi cantik itu putih? Kayaknya kalau gue ketemu orangnya bakalan gue hajar." ...... Sejak kecil, Gisella sudah terbiasa diejek oleh teman-temannya. Wajahnya yang tidak secantik saudaranya membuat Gisella merasa...