EMPAT PULUH EMPAT

102 27 3
                                    


"kenapa sakit gini?"

"kan udah mama bilang jangan mandi hujan"

"terus bukannya langsung pulang ganti baju malah masih pake baju basah-basah gini"

"siapa yang ajakin?"

"masih pusing ga kepalanya?"

"duhh maa.. ini kepala Ayla tambah pusing dengerin suara mama Mulu," lirih Ayla lalu menarik selimutnya hingga menutupi seluruh badannya.

"ih mama belum siap kompresin kamu" mama menarik selimut yang menutupi Ayla hingga sebatas dadanya, lalu kembali mengompres kepala Ayla dengan kain yang sudah dibasahi dengan air hangat.

krekk

"biar galih aja yang lanjutin ma," galih melangkah masuk dan duduk disamping kasur ayla, tepatnya ditempat mamanya tadi duduk

"yauda mama keluar mau ngurusin papa dulu" mama mengelus singkat rambut galih yang basah karna baru selesai mandi.



"kenapa mau aja diajak main hujan?" ayla membuka matanya menatap galih dengan mata sendunya.

"bang.. kan udah Ayla bilang kalo Ayla yang ajakin Arkan bukan__"

"sama aja," Ayla lebih memilih diam dan memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh galih, sang Abang. Hingga dering dari ponsel Ayla berbunyi membuat keduanya menoleh kearah nakas

"angkat aja bang, Ayla pusing" galih meletakkan ponsel Ayla ditelinganya setelah menekan tombol hijau.



"ay? gue denger Lo sakit? lemah banget sih, masih kena air aja udah sakit gimana mau gue bawa Lo ke Swiss yang saljunya lagi numpuk ditan__"

"tanggung jawab Lo!"

"heh! Ayla mana? kok Lo yang angkat?"

tutt..


Galih memutuskan sambungnya secara sepihak lalu kembali meletakkan ponsel Ayla keatas nakas, melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat tertunda yakni mengompresin Ayla.

"siapa bang?" Ayla membuka matanya menatap galih masih dengan tatapan sendunya. Galih diam tak membuka suara tak menggubris pertanyaan Ayla

"ditanyain juga," lirih Ayla lalu memiringkan badannya kearah balkon kamarnya membuat kegiatan galih terhenti.

"Arkan yang nelfon,"

"ga nanya," ketus ayla lalu memejamkan matanya.


"lah perasaan tadi dia nanyalah" -batin Galih


Galih memutari kasur Ayla lalu membaringkan tubuhnya terlentang disamping Ayla menatap langit-langit kamar sang adik.

"Abang boleh nanya?"

"hm" Galih menoleh kesamping, melihat Ayla yang masih memejamkan matanya

"dibuka dulu matanya, liat mata Abang"

"kalo mau ngomong, ngomong aja kali, Ayla ngantuk" Galih membuang nafasnya gusar, lalu menarik pinggang Ayla menjadikannya seperti guling

"Abang lepas ih" Ayla mendorong dada bidang galih tapi hasilnya nihil, galih malah semakin mempererat pelukannya bahkan sekarang Galih menenggelamkan wajahnya diceruk leher Ayla yang tertutupi oleh hijab instannya.

Pasrah. Ayla hanya diam, menikmati warna jingga yang perlahan hilang digantikan gelapnya luar jendela. Bergerak sedikit galih malah semakin mempereratnya. Apa boleh buat jika sudah memiliki posesif brother, Ayla hanya bisa mendengus kesal sambil meniup rambut galih yang terkadang menggelitiki wajah aslinya tanpa polesan bedak tipis.






"AYLA" ✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang